Minggu, 10 April 2016

Laporan Praktikum Mineralogi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Praktek Lapangan
         Langkah persiapan sebelum menuju lokasi praktek lapang adalah penelusuran teori dan konsep-konsep yang menjelaskan tentang objek studi yang akan dikunjungi. Kajian teori tentang objek sangat dibutuhkan untuk mempertajam dan mengarahkan pemahaman pengamat pada berbagai fakta yang  ada dilapangan.
         Pelaksaan praktek lapangan ini didasarkan pada kurikulum tahun 2015/2016 pada semester genap, untuk menunjang tercapainya pembelajaran geografi. Waktu pelaksanaan praktek ini dilaksanakan Selama satu hari yaitu mulai tanggal  02 april 2016. Praktek lapangan ini dimaksudkan untuk menyesuaikan antara teori yang diterima dengan objek lapangan.Karena kita tahu bahwa kajian mineralogi belum cukup lengkap jika hanya sebatas teori saja, sehingga praktek lapangan sangatlah penting untuk dilaksanakan karena dapat membantu memperdalam ilmu serta mengetahui yang sesungguhnya kejadian dilapangan yang diterima khususnya pada mata kuliah mineralogi.

1.2  Ruang Lingkup Praktek Lapangan
Lingkup pokok penelitian telah menjadi suatu wilayah tertentu yang akan dijadikan sebagai perbandingan pembelajaran mineralogi. Dimana gejala tersebut akan dihubungkan dengan apa yang telah didapatkan selama proses pelajaran di kelas.
Mineralogy adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Dalam mengkaji dan mempelajari ilmu mineralogi tidak cukup hanya berbekal teori, tetapi juga sangat diperlukan pengalaman langsung di lapangan. Dalam hal ini alam berfungsi sebagai laboratorium universal karena pengetahuan mineralogi bukanlah semata – mata  pengetahuan yang eksak seperti halnya ilmu fisika maupan matematika.
            Pengembangan pokok bahasan akan jauh lebih baik jika mahasiswa melakukan observasi langsung di lapangan sesuai kondisi alam yang dimiliki  oleh wilayah yang diamati. Dengan begitu akan lebih mempermuda pemahaman mahasiswa untuk memahami teori yang telah diperoleh sebelumnya dan mengetahui kebenaran yang ada dilapangan.

1.3  Tujuan Praktek Lapangan
 Adapun tujuan dilaksanakannya praktek lapangan ini antara lain :

Dalam kegiatan mempelajari dan melakukan praktikum Mineralogi, kita dituntut untuk dapat :
1. Mengaplikasikan ilmu tentang kristal yang telah didapat sebelumnya.
2. Mengetahui defenisi dari mineral itu sendiri.
3. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral.
4. Mampu melakukan penyelidikan secara fisik dari mineral.
5. Mengetahui keterdapatan mineral dalam batuan.
6. Mengetahui persentase komponen-komponen mineral.















BAB II
DASAR TEORI


2.1 Mineral
           Mineral adalah bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur –unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Mineral terbentuk scara alamiah, senyawa anorganik, komposisi kimia tertentu, dan sifat-sifat fisik yang konsisten,sifat fisik mineral mempunyai banyak ragam sebagian meliputi kekerasan, bentuk, warna, belahan dan lain-lain. Mineral terbentuk secara alamiah artinya material kristalin sintetis adalah bukan mineral.
           Mineral terbentuk oleh atom-atom yang saling mengikat.ada dua jenis ikatan yang banyak terbentuk dialam ikatan ion dan ikatan kovalen, pembentukan ikatan ion antara sodium dan klor dilakukan oleh pertukaran elektron kulit terluar dari atom sodium kepada atom klor proses ini menghasilkan kulit terluar yang stabil bagi kedua atom tersebut. Ikatan kovalen terbentuk ketika dua atom berbagi elektron ikatan antara silikon dan oksigen yang banyak jenis mineralnya terutama terbentuk oleh ikatan ini.
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik kimia tetap dapat berubah unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat berupa padat, cair dan gas.
            Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaanya.
Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian :
1.      Mineralogi fisik adalah yang mempelajari tentang sifat-sifat dari suatu mineral.
2.      Mineralogi kimiawi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat kimia dari suatu mineral.


2.2. Sifat Fisik Mineral
1.      WARNA (COLOUR)
Warna penting untuk membedakan antara warna untuk mineral akibat pengotoran dan warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan nama Idiochromatic.
Misal :    Sulfur warna kuning
              Magnetite warna hitam
              Pyrite warna kuning loyang
       Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga memberikan warna berubah-berubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama Allochromatic.
Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah :
-                 Abu-abu
-                 Biru bervariasi
-                 Kuning
-                 Coklat gelap
-                 Merah muda

Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna berubah-ubah menjadi :
-                 Violet (amethyst)
-                 Merah muda
-                 Coklat-hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral disebut dengan nama Chromophores.
Misal :  ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophores dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a.       Komposisi kimia
Misal : Chlorite – hijau .......................... chloro (greek)
Albite – putih.............................. albus (latin)
Warna diatas berdasarkan warna mineral.
b.      Struktur kristal dan ikatan atom
Misal : Intan – tak berwarna – Isometric
Graphite – hitam – hexagonal.
c.       Pengotoran dari Mineral
Misal :  Silika tak berwarna
Jasper – merah


2.      PERAWAKAN KRISTAL (CRYSTAL HABIT)
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi bentuk sempurna ini jarang didapatkan karena di alam gangguan-gangguan tersebut selalu ada. Mineral yang dijumpai di alam sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokan minreral ke dalam sistem kristalografi. Sebagai gantinya dipakai istilah perawakan kristal (crystal habit), bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut.
Kita mengenal beberapa perawakan kristal yang terdapat pada jenis mineral tertentu, sehingga perawakan kristal dapat dipakai untuk penentuan jenis mineral, walaupun perawakan kristal bukan merupakan ciri tetap mineral.
Contoh :      
-          Mika selalu menunjukan perawakan kristal mendaun (foliated)
-          Amphibol, selalu menunjukan perawakan kristal meniang (coloumnar)
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Pearl, 1975), yaitu :
a.      Elongated Habits
1)      Meniang (coloumnar)
Bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang. ContohnyaTourmaline, Phyrolusite, Wollastonite.         

2)       Menyerat (fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil. Contohnya Asbestos, Gysum, Silimanite, Tremolite, Pyrophylite.
3)      Menjarum (acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil. Contohnya Natrolite, Glaucophane.
4)      Menjaring (raticulate)
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring. Contohnya Rutile, Cerussite.
5)      Membenang (filiform)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang. Contohnya Silver.
6)      Merabut (capillery)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut. Contohnya Cuprite, Bysolite (variasi dari Actinolite).
7)      Mondok (stout, stubby, equant)
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu lainnya. Contohnya Zircon.
8)      Membintang (stellated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang. Contohnya Pirofilit.
9)      Menjari (radiated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari. ContohnyaMarkasit, Natrolit.

b.       Flattened Habits
1)      Membilah (bladed)
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh. Contohnya Kyanite, Glaucophane, Kalaverit.
2)      Memapan (tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana  lebar dengan tebal tidak terlalu jauh. Contohnya Barite, Hematite, Hyperstheme.
3)      Membata (Blocky)
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama. Contohnya Microcline.
4)      Mendaun (foliated)
Bentuk kristal pipih dengan melapis (lammellar) perlapisan yang mudah dikupas/dipisahkan. Contohnya Mica, Talc, Chlorite.
5)      Memencar (divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka. Contohnya Gypsum, Millerite.
6)      Membulu (plumose)
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Contohnya Mica.



c.       Rounded Habits
1)      Mendada (mamillary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada (breast like). Contohnya  Malachite, Opal, Hemimorphite.
2)      Membulat (colloform)
Bentuk kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat. Contohnya Glauconite, Cobalit, Bismuth, Geothite, Franklinite, Smallite.
3)      Membulat jari (colloform radial)
Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari. Contohnya  Pyolorphyte.
4)      Membutir (granular)
Kelompok kristal kecil-kecil yang berbentuk butiran. ContohnyaOlivine, Nicolite, Anhydrite, Cryorite, Chromite, Cordierite, Sodalite, Cinibar, Alunite, Rhodochrosite.
5)      Memisolit (pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah. Contohnya Opal (variasi hyalite), Gibbsite, Pisolitic Limestone.
6)      Stalaktit (stalactitic)
Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping. ContohnyaGeothite.
7)      Menginjal (reniform)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal. Contohnya Hematite.
3.      KILAP (LUSTER)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intesitas kilap tergantung dari indeks bias mineral, yang apabila semakin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan.
Nilai ekonomis mineral kadang-kadang ditentukan oleh kilapnya.
Macam-macam kilap :
a.       Kilap Logam (metallic luster)
Mineral-mineral opag yang mempunyai indeks bias sama dengna 3 atau lebih. Contohnya Galena, Native Metal, Sulphide, pyrite.
b.      Kilap Sub-metalik (sub metallic luster)
Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3.
Contoh : -   Cuprite        (n = 2.85)
-       Cinnabar    (n = 2.90)
-       Hematite     (n = 3.00)
-       Alabandite  (n = 2.70)
c.       Kilap Bukan Logam (non metallic luster)
Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari 2,5.
Gores mineral-mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda.
Macam-macam kilap bukan logam :
1)      Kilap Kaca (vitreous luster)
Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas. ContohnyaQuarts, Carbonates, Sulphates, Spinel, Silicates, Fluorite, Garnet , Leucite, Corondum, Halite yang segar.
2)      Kilap Intan (adamantite luster)
Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulakan oleh intan atau permata. Contohnya Diamond, Cassiterite, Sulfur, Sphalerite, Zircon, Rutile.
3)      a.  Kilap Lemak (greasy luster)
Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak, akibat proses oksidasi.
Contoh : -  Nepheline yang sudah teralterasi.
-    Halite yang sudah terkena udara.
                   b. Kilap Lilin (waxy luster)
Merupakan kilap seperti lilin yang khas. Contohnya Sepertine, Ceragyrite.
4)      Kilap Sutera (silky luster)
Kilap yang seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang pararel atau berserabut (pararel fibrous structure). Contohnya AsbestosSelenite(variasi gypsum), Serpentine, Hematite.


5)      Kilap Mutiara (pearly luster)
Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran dan menyerupai mutiara. Contohnya Talc, Mica, Gypsum.
6)      Kilap Tanah (earthy luster)
       Tidak sulit membedakan antara kilap logam dengan kilap bukan logam, perbedaan-perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakan jenis-jenis kilap bukan logam akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting dalam diskripsi mineral, karena dapat untuk menentukan jenis suatu mineral tertentu.
4.      KEKERASAN (HARDNESS)
Kekerasan mineral diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan (scratching).
Penentuan kekerasan realtif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standart dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya.

        Tabel I.1 Skala kekerasan Mohs (Michael fransisco 2009)
1.                  Talk
Mg3Si4O10(OH)
2.                  Gypsum
CaSO2 2H2O
3.                  Calcite
CaCO3
4.                  Flourite
CaF2
5.                  Apatite
Ca5(PO4)3F
6.                  Orthoclase
K(AlSi3O8)
7.                  Quartz
SiO2
8.                  Topas
Al2SiO4(FOH)2
9.                  Corundum
Al2O3
10.              Diamond
C

Misal suatu mineral digores dengan Calsite (H=3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh Flourite (H=4), maka mineral tersbut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4.
Dapat pula penentuan kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering terdapat disekitar kita.

Misal :       -                 Kuku jari manusia                   H = 2, 
-          Kawat tembaga                       H = 3
-          Pecahan kaca                           H = 5,5
-          Pisau baja                                H = 5,5
-          Kikir baja                                 H = 6,5
-          Lempeng baja                          H = 7
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
5.      GORES (STREAK)
Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk sampai halus.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi berupa tepung.

Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh :                                                 
-Quartz – Putih / tak berwarna
-       Gypsum – putih / tak berwarna
Mineral bukan logam (non metalic mineral) dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang daripada warna mineralnya sendiri.

Contoh : 
-           Leucite – warna abu-abu - gores putih
-          Dolomite – warna kuning sampai merah jambu – gores putih
Mineral yang mempunyai kilap magnetik kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.
Contoh :     
-          Pyrite – warna kuning – gores hitam
-          Copper – warna merah tembaga – gores hitam
-          Hematite – warna abu-abu kehitaman – gores merah
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.
Contoh :    
-          Cinnabar – warna dan gores merah
-          Magnetite – warna dan gores hitam
-          Lazurite – warna dan gores biru
6.      BELAHAN (CLEAVAGE)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah.
Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal.
Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari bagus/tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
a.      Sempurna (perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya. Contohnya Calcite, Muscovite, Galena, Halite.
b.      Baik (good)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah memotong atau tidak melalui bidang belahannya. Contohnya Feldspar, Hyperstene, Diopsite, Augite, Rhodonite.
c.       Jelas (distinct)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. Contohnya Staurolite, Anglesit, Scapolite, Feldspar, Hornblenda, Scheelite.
d.      Tidak Jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan pecahan sama besar. Contohnya Beryl, Corundum, Platina, Gold, Magnetite.



e.       Tidak Sempurna (imperfect)
Yaitu mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata. Contohnya Apatite, Cassiterite, Native Sulphur.
7.      PECAHAN (FRACTURE)
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Pecahan dapat dibagi :
a.      Choncoidal
Adalah pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit bawang. Contohnya  Quartz, Obsidian, Cerrusite, Rutile, Anglesite, Zincite.
b.      Hackly
Adalah pecahan mineral seperti runcing-runcing tajam, serat kasar tak beraturan atau seperti bergerigi. Contohnya Copper, Platinum, Silver, Gold.
c.       Even
Adalah pecahan mineral dengan permukaan bidang kecil-kecil dengan ujung pecahan masih mendekati bidang datar. Contohnya Muscovite, Talc, Biotite.
d.      Uneven
Adalah pecahan mineral yang menunjukan permukaan bidang pecahnya kasar dan tidak teratur.
Kebanyakan mineral mempunyai pecahan uneven. Contohnya Calcite, Rutile, Marcasite, Rhodonite, Chromite, Pyrolusite, Orthoclase, Geothine.
e.       Splintery
Adalah pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai benang atau berserabut. Contohnya Flourite, Anhydrite, Antigorite, Serpentine.
f.        Earthy
Adalah pecahan yang hancur seperti tanah. Contohnya Kaoline, Muscovite, Talc.

8.      DAYA TAHAN TERHADAP PUKULAN (TENACITY)
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan, penghancuran, dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
a.      Brittle
Apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus. Contohnya Calcite, Marcasite, Quartz,  Hematite.
b.      Sectile
Apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung. Contohnya Gypsum, Cerargyrite.
c.       Malleable
Apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih. Contohnya Gold, Copper, Silver.
d.      Ductile
(dapat ditarik/diukur seperti kawat). Apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan maka mineral akan kembali seperti semula. Contohnya Silver, Olivine, Copper, Cerargyrite.
e.       Flexible
Apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah. ContohnyaTalc, Gypsum, Mica.
f.        Elastic
Dapat merenggang bila ditarik, dan kembali seperti semula bila dilepaskan. Contohnya Muscovite, Hematite tipis.
9.      BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama.

                  BJ = 
Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat :
a.    Piknometer
b.    Timbangan analitik
c.    Gelas ukur


Cara I :
Dengan menggunakan gelas ukur dan timbangan analitik. Mineral dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah diisi air, dan jumlah air telah diketahui dengan pasti.
Besar air yang tumpah atau kenaikan air pada gelas ukur dapat dibaca. Berat jenis dapat diukur dengan berat mineral yang telah ditimbang dibagi dengan volume air yang tumpah.

Misal :
-          Berat mineral = G2
-          Air yang dimasukkan ke dalam gelas ukur = G2
-          Kenaikan setelah mineral dimasukkan ke dalam gelas ukur = G3
BJ = 
Cara II :
Dengan mempergunakan alat piknometer dan timbangan analitik.
Misal :
-          Berat piknometer kosong = A
-          Berat piknometer + mineral = B
-          Berat piknometer + air = C
-          Berat piknometer + air + mineral = D

10.  RASA DAN BAU (TASTE & ODOUR)
Rasa (taste) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair :
a.    Astringet                   : rasa yang umumnya dimiliki oleh sejenis logam
b.    Sweetist astringet      : rasa seperti pada tawas.
c.    Saline                       : rasa yang dimiliki garam
d.   Alkaline                    : rasa seperti pada soda.
e.    Bitter                        : rasa seperti rasa garam pahit.
f.     Cooling                    : rasa seperti rasa sendawa
g.    Sour                          : rasa seperti asam belerang
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatilemelalui pemanasan atau melalui penambahan suatu asam, maka kadang-kadang bau (odour) akan menjadi ciri-ciri yang khas dari suatu mineral.
·         Alliaceous
Bau seperti bawang proses pereaksian dari arsenopirit akan menimbulkan bau yang khas. Hal ini juga dimiliki oleh senyawa-senyawaarsenite karena proses pemanasan.
·         Horse Radish Odour
Bau dari kuda yang menjadi busuk (biji selenit yang dipanasi).
·         Sulphurous
Bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian pirit atau pemanasan mneral yang mengandung sulfida.
·         Bituminous
Bau seperti bau aspal (bitumen)
·         Fetid
Bau yang ditimbulkan oleh asam sulfida atau bau seperti telor busuk.
·         Argillaceous
Bau seperti lempung basah, seperti serpentine yang mengalami pemanasan. Bau kalau pyragillite dipanasi.
Kadang-kadang raba (feel) merupakan karakter yang penting.
Ada beberapa macam raba, misalnya : Smooth (sepiolite), Greasy (talc).



11.  SIFAT KEMAGNETAN
Semua mineral mempunyai sifat magnetis, meskipun untuk menunjukannya dibutuhkan suatu alat khusus. Sebagian kecil dari mineral dalam keadaan asli (murni) dapat ditarik oleh magnet baja yang kuat dengan mudah. Mineral-mineral tersebut disebut magnetit (Paramagnetite). Misalnya : Magnetite, Pyrotite.
Dalam banyak hal sifat magnetit mungkin berasal dari tenaga induksi bumi, dimana tenaga induksi tersebut dari magnet sangat kuat (besar)
Yang perlu dicatat adalah sifat dari mineral yang diselidiki apakahParamagnetite (Magnetite) atau Diamagnetit (Non magnetit).
-          Paramagnetite (magnetit) adalah mineral mempunyai gaya tarik terhadap magnet.
-          Diamagnetit (Non magnetit) adalah mineral tersebut mempunyai gaya tolak terhadap magnet.

12.  DERAJAT KETRANSPARANAN
Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan mineral tersebut men-transmit sinar cahaya (berkas cahaya). Sesuai dengan itu, variasi jenis mineral dapat dibedakan atas :
a.      Opaque mineral
Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian yang amat tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan berkas hitam atau hitam. (logam-logam mulia,belerang, ferric oksida, dll).
b.      Transparent mineral
Mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca biasa (batu-batu kristal, danIceland spar).
c.       Transculent mineral
      Mineral tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang seperti kaca frosted(chalsedon, gypsum, dan kadang-kadang juga opal).
d.   Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (transparent) dalam bentuk pecahan-pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis (feldspar,karbonat-karbonat dan silicon).

Sistem Kristal dan Kisi Bravais
Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut adalah Kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal, trigonal, monoklin, dan triklin.
1.    Sistem kristal kubus
sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:
Kubus sederhana,
Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) kubus.
Pada kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan terdapat satu atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna biru).
Pada kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok kubus, juga terdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna merah).
http://rolanrusli.com/wp-content/uploads/2012/04/Kubus2-1024x354.png
2.    Sistem Kristal tetragonal
Pada sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a = b ≠ c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal tetragonal ini hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
Pada bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.
Sedangkan pada tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus berpusat badan, yaitu memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
http://rolanrusli.com/wp-content/uploads/2012/04/Tetragonal1-1024x771.png
3.    Sistem kristal Ortorombik
Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik sederhana, body center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
http://rolanrusli.com/wp-content/uploads/2012/04/Ortorombik.png
4.    Sistem kristal monoklin
Sistem kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana dan berpusat muka pada dua sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c), serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
http://rolanrusli.com/wp-content/uploads/2012/04/Monoklin.png
5.    Sistem kristal triklin
Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.
http://rolanrusli.com/wp-content/uploads/2012/04/Triklin.png
6.    Sistem kristal rombohedral atau trigonal
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c). sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.
http://rolanrusli.com/wp-content/uploads/2012/04/Rombohedral-Trigonal.png
7.    Sistem kristal heksagonal
Pada system kristal ini, sesuai dengan namanya heksagonal (heksa = enam), maka system ini memiliki 6 sisi yang sama. System kristal ini memiliki dua nilai sudut yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ=120°) , sedangkan pajang rusuk-rusuknya adalah a = b ≠ c. semua atom berada pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan terdapat masing-masing atom berpusat muka pada dua sisi heksagonal (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
http://rolanrusli.com/wp-content/uploads/2012/04/Heksagonal.png
Secara keseluruhan, dapat dilihat pada tabel berikut :

No.
Sistem Kristal
Kisi Bravais
Panjang rusuk
Besar sudut-sudut
    1.
Kubus
  • Sederhana
  • Berpusat badan
  • Berpusat muka
a = b = c
α = β = γ = 90°
    2.
Tetragonal
  • Sederhana
  • Berpusat Badan
a = b ≠ c
α = β = γ = 90°
    3.
Ortorombik
  • Sederhana
  • Berpusat badan
  • Berpusat muka
  • Berpusat muka A, B, atau C
a ≠ b ≠ c
α = β = γ = 90°
    4.
Monoklin
  • Sederhana
  • Berpusat muka C
a ≠ b ≠ c
α = γ = 90°,β ≠ 90°
    5.
Triklin
  • Sederhana
a ≠ b ≠ c
α ≠ β ≠ γ ≠  90°
    6.
Rombohedral atau trigonal
  • Sederhana
a = b ≠ c
α = β = 90°,γ = 120°
    7.
Heksagonal
  • Sederhana
a = b ≠ c
α = β = 90°,γ = 120°
Total = 7 Sistem Kristal
Total = 14 Kisi Bravais







BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Lokasi Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan Pada tangggal 02 April 2016, bertempat di dua lokasi yaitu:
Lokasi pertama    :    Jl. Kadrieoening, belakang SMPIT Cordova
Lokasi kedua       :    Jl. Suryanata, Bukit Batubutih

3.2. Alat dan Bahan
            a)         GPS
            b)         Kaca Pembesar
            c)         Palu Geologi
            d)         Plastik Sampel
            e)         Pulpen
            f)         Peta Topografi Samarinda
            g)         Pensil
            h)         Penggaris
3.3 Prosedur Pengukuran dan Pengamatan

1) Mengukur posisi pengamatan menggunakan GPS.
2) Menyeket/menggambar lokasi yang akan diamati.
3)  Mencari mineral yang ada disekitar lokasi pengamatan.
4)  Mendeskripsikan mineral yang ditemukan atau didapatkan
5)  Mencatat hasil pengamatan yang telah di diskusikan dengan dosen pendamping.          

Pengamatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan Deskriptif dengan cara survey langsung ke lapangan, sehingga kita dapat mengamati langsung mengenai mineral yang ada dilokasi pengamatan dapat memberikan gambaran mengenai jenis-jenis batuan yang diteliti.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN’

4.1 Lokasi Pertama Jl. Kadrieoening
Pada lokasi pengamatan pertama yang terletak di jalan kadrieoening dibelakang SMPIT Cordova  titik koordinat yang di dapatkan adalah S 00°28’05,1” dan E 117°07’53,5” dengan elevasi 50 – 100 mdpl
Mineral yang ada dilokasi pengamatan adalah adalah mineral kuarsa, dengan deskripsi sebagai berikut :
Unsur kimia
SiO2
Belahan
Tidak ada
Kekerasan
7
Warna
Bening atau putih
Sistem kristal
Heksagonal
Pecahan
Concoidal
Kilap
Kaca
Diagenesa
Kuarsa adalah mineral yang umum dan terjadi dalam perbedaan yang besar dari lingkungan geologi. Banyak terdapat di batuan beku dan batuan metamorf terutama dalam pegmatit granit, paling umum dapat dijumpai dalam urat-urat logam hidrotermal. Juga ditemukan dalam batu pasir  terutama batupasir kuarsa.

Dari sudut pandang ilmu geologi lokasi pengamatan pertama berada di fomasi balikpapan (Tmbp)
 Tmbp  : FORMASI BALIKPAPAN
Perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, disisipi lapisan batubara, tebal 5-10 cm. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20-40 cm, mengandung foram kecil, disisipi lapisan tipis karbon. Lempung kelabu kehitaman, setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lensa gampingan berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran mengandung foraminifera besar, moluska. Menunjukkan umur Miosen Akhir Bagian Bawah-Miosen Tengah Bagian Atas yang berumur sekitar 17-20 juta tahun yang lalu. Lingkungan Pengendapan Perengan *paras delta-dataran delta*. Tebal 1000-1500 m
Struktur geologi yang dapat diamati pada daerah penyelidikan adalah berupa lipatan antiklinorium  dan  sesar,  lipatan  pada  umumnya  berarah  timur  laut  –  barat  daya, Formasi Pamaluan dan  Balikpapan sebagian terlipat kuat  dengan kemiringan antara 40 - 75º, Pada batuan yang lebih muda seperti Formasi Kampungbaru pada umumnya terlipat  lemah.  Pada  formasi geologi daerah  penyelidikan  terdapat  tiga  jenis  sesar  yaitu  sesar  naik, sesar turun dan sesar mendatar. Sesar naik terjadi pada Miosen Akhir yang kemudian terpotong oleh sesar mendatar  yang  terjadi kemudian  sedangkan  sesar  turun  terjadi pada kala Pliosen.
Pada lokasi pengamatan ketinggiannya sekitar 50-100 mdpl, dari sudut pandang geomorfologi yang ada dilokasi pengamatan menunjukkan Bentuk lahan asal struktural, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh struktur geologis, contohnya adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan kubah dan sebagainya dan juga bentuk lahan asal denudasi, merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses degradasi seperti erosi dan longsor, contohnya bkit sisa, peneplain, lahan rusak.
4.2 Lokasi Kedua Jl. Suryanata, Batuputih
Pada lokasi kedua ini di jalan suryanata batupuih titik koordinatnya adalah S 00°45’10” & E 117°45’30,7”
Mineral yang ada di lokasi pengamatan adalah mineral kalsit, dimana deskripsinya sebagai berikut :
Unsur kimia
CaCO3
Belahan
Sempurna
Kekerasan
3
Warna
Bening atau putih
Sistem kristal
Heksagonal
Pecahan
Concoidal
Kilap
Kaca
Diagenesa
Sebagian besar terbentuk dilaut dengan nodul dalam batuan sedimen, urat hidrotermal sebagai urat gang, didalamm berbagai batuan beku

Dari sudut pandang ilmu geologi lokasi pengamatan pertama berada di fomasi bebulug (Tmb)
Tmb    :  FORMASI BEBULUH
Batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih, warna kelabu, padat mengandung foram besar, berbutir sedang. Setempat batugamping menghablur, terkekar tak beraturan. Serpih, kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera besar yang dijumpai antara lain Lepidocyclina Sumatraensis Brady, Myogipsina sp., Operculina sp., menunjukkan umur Miosen Awal - Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Bebuluh tertindih selaras oleh Formasi Pulau Balang.   
Terdapat sesar naik antiklin besar yang bersumbu pada timur laut dan barat daya, litologi batuannya adalah batu gamping kelabu abu-abu kehitaman, koral,terumbu karang (batu gamping kalti) butirannya halus.
Pada lokasi pengamatan ketinggiannya 150-170 mdpl, dari sudut pandang geomorfologi di lokasi pengamatan lokasi tersebut merupakan Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh pelarutan batuan. Banyak terdapat pada daerah kapur (karst).






BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada lokasi pertama di jalan kadrie oening mineral yang didapatkan ada lah jenis menieral kuarsa, dengan unsur kimia SiO2, system Kristal heksagonal, belahan tidak ada, kekerasan 7, kilap kaca, dengan diagenesa Kuarsa adalah mineral yang umum dan terjadi dalam perbedaan yang besar dari lingkungan geologi. Banyak terdapat di batuan beku dan batuan metamorf terutama dalam pegmatit granit, paling umum dapat dijumpai dalam urat-urat logam hidrotermal. Juga ditemukan dalam batu pasir  terutama batupasir kuarsa. pada lokasi pengamatan tersebut berada di formasi Balikpapan.
Perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, disisipi lapisan batubara, tebal 5-10 cm. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20-40 cm, mengandung foram kecil, disisipi lapisan tipis karbon. Lempung kelabu kehitaman, setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lensa gampingan berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran mengandung foraminifera besar, moluska. Menunjukkan umur Miosen Akhir Bagian Bawah-Miosen Tengah Bagian Atas yang berumur sekitar 17-20 juta tahun yang lalu. Lingkungan Pengendapan Perengan *paras delta-dataran delta*. Tebal 1000-1500 m

Lokasi kedua di jalan suryanata batuputih mineral yang didapatkan adalah mineral kalsit, dengan unsur kimia CaCO3, belahan sempurna, kekerasan 3, warna bening atau putih, system Kristal heksagonal, pecahan concoidal, kilap kaca, dengan diagenesa  Sebagian besar terbentuk dilaut dengan nodul dalam batuan sedimen, urat hidrotermal sebagai urat gang, didalamm berbagai batuan beku. Pada lokasi kedua ini teletak di formasi bebuluh.
Batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih, warna kelabu, padat mengandung foram besar, berbutir sedang. Setempat batugamping menghablur, terkekar tak beraturan. Serpih, kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera besar yang dijumpai antara lain Lepidocyclina Sumatraensis Brady, Myogipsina sp., Operculina sp., menunjukkan umur Miosen Awal - Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Bebuluh tertindih selaras oleh Formasi Pulau Balang.   



















DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Geografi Universitas Mulawarman. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.