BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Praktek Lapangan
Langkah persiapan sebelum menuju
lokasi praktek lapang adalah penelusuran teori dan konsep-konsep yang
menjelaskan tentang objek studi yang akan dikunjungi. Kajian teori tentang
objek sangat dibutuhkan untuk mempertajam dan mengarahkan pemahaman pengamat
pada berbagai fakta yang ada dilapangan.
Pelaksaan praktek lapangan ini didasarkan pada kurikulum tahun 2015/2016 pada semester genap, untuk
menunjang tercapainya pembelajaran geografi. Waktu pelaksanaan praktek ini
dilaksanakan Selama satu
hari yaitu mulai tanggal 02 april 2016. Praktek lapangan ini
dimaksudkan untuk menyesuaikan antara teori yang diterima dengan objek
lapangan.Karena kita tahu bahwa kajian mineralogi belum cukup lengkap jika hanya sebatas teori saja, sehingga praktek
lapangan sangatlah penting untuk dilaksanakan karena dapat membantu memperdalam
ilmu serta mengetahui yang sesungguhnya kejadian dilapangan yang diterima khususnya pada mata
kuliah mineralogi.
1.2 Ruang Lingkup Praktek Lapangan
Lingkup pokok penelitian telah
menjadi suatu wilayah tertentu yang akan dijadikan sebagai perbandingan
pembelajaran mineralogi. Dimana gejala tersebut akan dihubungkan dengan apa
yang telah didapatkan selama proses pelajaran di kelas.
Mineralogy adalah salah satu cabang
ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu
maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik,
sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Dalam mengkaji dan mempelajari ilmu mineralogi tidak cukup
hanya berbekal teori, tetapi juga sangat diperlukan pengalaman langsung di
lapangan. Dalam hal ini alam berfungsi sebagai laboratorium universal karena
pengetahuan mineralogi bukanlah semata – mata pengetahuan yang eksak
seperti halnya ilmu fisika maupan matematika.
Pengembangan pokok bahasan akan jauh lebih baik jika mahasiswa melakukan
observasi langsung di lapangan sesuai kondisi alam yang dimiliki oleh
wilayah yang diamati. Dengan begitu akan lebih mempermuda pemahaman mahasiswa
untuk memahami teori yang telah diperoleh sebelumnya dan mengetahui kebenaran
yang ada dilapangan.
1.3 Tujuan Praktek
Lapangan
Adapun tujuan
dilaksanakannya praktek lapangan ini antara
lain :
Dalam kegiatan mempelajari dan melakukan praktikum Mineralogi, kita dituntut untuk dapat :
1. Mengaplikasikan ilmu tentang kristal yang telah didapat sebelumnya.
2. Mengetahui defenisi dari mineral itu sendiri.
3. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral.
4. Mampu melakukan penyelidikan secara fisik dari mineral.
5. Mengetahui keterdapatan mineral dalam batuan.
6. Mengetahui persentase komponen-komponen mineral.
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1 Mineral
Mineral adalah bahan padat anorganik
yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur –unsur kimiawi dalam
perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu
pola yang sistematis. Mineral terbentuk scara alamiah, senyawa anorganik,
komposisi kimia tertentu, dan sifat-sifat fisik yang konsisten,sifat fisik
mineral mempunyai banyak ragam sebagian meliputi kekerasan, bentuk, warna,
belahan dan lain-lain. Mineral terbentuk secara alamiah artinya material
kristalin sintetis adalah bukan mineral.
Mineral
terbentuk oleh atom-atom yang saling mengikat.ada dua jenis ikatan yang banyak
terbentuk dialam ikatan ion dan ikatan kovalen, pembentukan ikatan ion antara
sodium dan klor dilakukan oleh pertukaran elektron kulit terluar dari atom
sodium kepada atom klor proses ini menghasilkan kulit terluar yang stabil bagi
kedua atom tersebut. Ikatan kovalen terbentuk ketika dua atom berbagi elektron
ikatan antara silikon dan oksigen yang banyak jenis mineralnya terutama
terbentuk oleh ikatan ini.
Mineral adalah suatu bahan
alam yang mempunyai sifat-sifat fisik kimia tetap dapat berubah unsur tunggal
atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat
berupa padat, cair dan gas.
Mineralogi
adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik
dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari
tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya
dan kegunaanya.
Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian :
1. Mineralogi fisik
adalah yang mempelajari tentang sifat-sifat dari suatu mineral.
2. Mineralogi kimiawi
adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat kimia dari suatu mineral.
2.2. Sifat Fisik Mineral
1. WARNA
(COLOUR)
Warna penting untuk
membedakan antara warna untuk mineral akibat pengotoran dan warna asli (tetap)
yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap
dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan nama Idiochromatic.
Misal : Sulfur warna
kuning
Magnetite
warna hitam
Pyrite
warna kuning loyang
Warna
akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga memberikan
warna berubah-berubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama Allochromatic.
Misal : Halite, warna dapat
berubah-ubah :
- Abu-abu
- Biru
bervariasi
- Kuning
- Coklat
gelap
- Merah
muda
Kwarsa tak berwarna, tetapi
karena ada campuran/pengotoran, warna berubah-ubah menjadi :
- Violet
(amethyst)
- Merah
muda
- Coklat-hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat
memberikan warna tertentu pada mineral disebut dengan nama Chromophores.
Misal : ion-ion Cu yang terkena
proses hidrasi merupakan chromophores dalam mineral Cu
sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a. Komposisi
kimia
Misal : Chlorite – hijau ..........................
chloro (greek)
Albite – putih.............................. albus
(latin)
Warna diatas berdasarkan warna mineral.
b. Struktur
kristal dan ikatan atom
Misal : Intan – tak berwarna – Isometric
Graphite – hitam – hexagonal.
c. Pengotoran
dari Mineral
Misal : Silika tak berwarna
Jasper –
merah
2. PERAWAKAN
KRISTAL (CRYSTAL HABIT)
Apabila dalam
pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan mempunyai
bentuk kristal yang sempurna. Tetapi bentuk sempurna ini jarang didapatkan
karena di alam gangguan-gangguan tersebut selalu ada. Mineral yang dijumpai di
alam sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit
untuk mengelompokan minreral ke dalam sistem kristalografi. Sebagai gantinya
dipakai istilah perawakan kristal (crystal habit), bentuk khas mineral
ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif
bidang-bidang tersebut.
Kita mengenal beberapa perawakan
kristal yang terdapat pada jenis mineral tertentu, sehingga perawakan kristal
dapat dipakai untuk penentuan jenis mineral, walaupun perawakan kristal bukan
merupakan ciri tetap mineral.
Contoh :
- Mika
selalu menunjukan perawakan kristal mendaun (foliated)
- Amphibol,
selalu menunjukan perawakan kristal meniang (coloumnar)
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3
golongan (Richard Pearl, 1975), yaitu :
a. Elongated
Habits
1) Meniang
(coloumnar)
Bentuk kristal prismatik yang menyerupai
bentuk tiang. ContohnyaTourmaline, Phyrolusite, Wollastonite.
2) Menyerat
(fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat
kecil. Contohnya Asbestos, Gysum, Silimanite, Tremolite, Pyrophylite.
3) Menjarum
(acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum
kecil. Contohnya Natrolite, Glaucophane.
4) Menjaring
(raticulate)
Bentuk kristal yang kecil panjang yang
tersusun menyerupai jaring. Contohnya Rutile, Cerussite.
5) Membenang
(filiform)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai
benang. Contohnya Silver.
6) Merabut
(capillery)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai
rambut. Contohnya Cuprite, Bysolite (variasi dari Actinolite).
7) Mondok
(stout, stubby, equant)
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat
pada kristal-kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu lainnya.
Contohnya Zircon.
8) Membintang
(stellated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai
bintang. Contohnya Pirofilit.
9) Menjari
(radiated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai
bentuk jari-jari. ContohnyaMarkasit, Natrolit.
b. Flattened
Habits
1) Membilah
(bladed)
Bentuk kristal yang panjang dan tipis
menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat
jauh. Contohnya Kyanite, Glaucophane, Kalaverit.
2) Memapan
(tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan,
dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh. Contohnya Barite,
Hematite, Hyperstheme.
3) Membata
(Blocky)
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata,
dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama. Contohnya Microcline.
4) Mendaun
(foliated)
Bentuk
kristal pipih dengan melapis (lammellar) perlapisan yang mudah
dikupas/dipisahkan. Contohnya Mica, Talc, Chlorite.
5) Memencar
(divergent)
Bentuk
kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka. Contohnya Gypsum,
Millerite.
6) Membulu
(plumose)
Bentuk
kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Contohnya Mica.
c. Rounded
Habits
1) Mendada
(mamillary)
Bentuk
kristal bulat-bulat menyerupai buah dada (breast like).
Contohnya Malachite, Opal, Hemimorphite.
2) Membulat
(colloform)
Bentuk
kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat. Contohnya Glauconite,
Cobalit, Bismuth, Geothite, Franklinite, Smallite.
3) Membulat
jari (colloform radial)
Bentuk
kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari.
Contohnya Pyolorphyte.
4) Membutir
(granular)
Kelompok
kristal kecil-kecil yang berbentuk butiran. ContohnyaOlivine, Nicolite,
Anhydrite, Cryorite, Chromite, Cordierite, Sodalite, Cinibar, Alunite,
Rhodochrosite.
5) Memisolit
(pisolitic)
Kelompok
kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah. Contohnya Opal (variasi hyalite),
Gibbsite, Pisolitic Limestone.
6) Stalaktit
(stalactitic)
Bentuk
kristal yang membulat dengan litologi gamping. ContohnyaGeothite.
7) Menginjal
(reniform)
Bentuk
kristal yang menyerupai bentuk ginjal. Contohnya Hematite.
3. KILAP
(LUSTER)
Kilap
ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang
erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi).
Intesitas kilap tergantung dari indeks bias mineral, yang apabila semakin besar
indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan.
Nilai
ekonomis mineral kadang-kadang ditentukan oleh kilapnya.
Macam-macam
kilap :
a. Kilap
Logam (metallic luster)
Mineral-mineral opag yang
mempunyai indeks bias sama dengna 3 atau lebih. Contohnya Galena,
Native Metal, Sulphide, pyrite.
b. Kilap
Sub-metalik (sub metallic luster)
Terdapat pada mineral yang
mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3.
Contoh : - Cuprite (n
= 2.85)
- Cinnabar (n
= 2.90)
- Hematite (n
= 3.00)
- Alabandite (n
= 2.70)
c. Kilap
Bukan Logam (non metallic luster)
Mineral-mineral yang
mempunyai warna terang dan dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari
2,5.
Gores mineral-mineral ini biasanya tak
berwarna atau berwarna muda.
Macam-macam kilap bukan logam :
1) Kilap
Kaca (vitreous luster)
Kilap
yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas. ContohnyaQuarts,
Carbonates, Sulphates, Spinel, Silicates, Fluorite, Garnet , Leucite, Corondum,
Halite yang segar.
2) Kilap
Intan (adamantite luster)
Kilap
yang sangat cemerlang yang ditimbulakan oleh intan atau permata.
Contohnya Diamond, Cassiterite, Sulfur, Sphalerite, Zircon, Rutile.
3) a. Kilap
Lemak (greasy luster)
Kilap
dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak, akibat proses oksidasi.
Contoh
: - Nepheline yang sudah teralterasi.
- Halite yang
sudah terkena udara.
b.
Kilap Lilin (waxy luster)
Merupakan
kilap seperti lilin yang khas. Contohnya Sepertine, Ceragyrite.
4) Kilap
Sutera (silky luster)
Kilap
yang seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang pararel atau berserabut (pararel
fibrous structure). Contohnya Asbestos, Selenite(variasi gypsum), Serpentine,
Hematite.
5) Kilap
Mutiara (pearly luster)
Kilap
yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran dan menyerupai
mutiara. Contohnya Talc, Mica, Gypsum.
6) Kilap
Tanah (earthy luster)
Tidak
sulit membedakan antara kilap logam dengan kilap bukan logam,
perbedaan-perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakan jenis-jenis kilap
bukan logam akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting
dalam diskripsi mineral, karena dapat untuk menentukan jenis suatu mineral
tertentu.
4. KEKERASAN
(HARDNESS)
Kekerasan
mineral diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan (scratching).
Penentuan
kekerasan realtif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral
yang rata pada mineral standart dari skala Mohs yang sudah
diketahui kekerasannya.
Tabel
I.1 Skala kekerasan Mohs (Michael fransisco 2009)
1. Talk
|
Mg3Si4O10(OH)
|
2. Gypsum
|
CaSO2 2H2O
|
3. Calcite
|
CaCO3
|
4. Flourite
|
CaF2
|
5. Apatite
|
Ca5(PO4)3F
|
6. Orthoclase
|
K(AlSi3O8)
|
7. Quartz
|
SiO2
|
8. Topas
|
Al2SiO4(FOH)2
|
9. Corundum
|
Al2O3
|
10. Diamond
|
C
|
Misal suatu mineral digores
dengan Calsite (H=3) ternyata mineral itu tidak tergores,
tetapi dapat tergores oleh Flourite (H=4), maka mineral
tersbut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4.
Dapat pula penentuan
kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering
terdapat disekitar kita.
Misal
: - Kuku
jari manusia H
= 2,
- Kawat
tembaga H
= 3
- Pecahan
kaca H
= 5,5
- Pisau
baja H
= 5,5
- Kikir
baja H
= 6,5
- Lempeng
baja H
= 7
Bilamana suatu mineral
tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka mineral
tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
5. GORES
(STREAK)
Gores
adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
sampai halus.
Gores
ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keping porselin,
tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari
dengan cara menumbuk sampai halus menjadi berupa tepung.
Mineral
yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh
:
-Quartz –
Putih / tak berwarna
- Gypsum –
putih / tak berwarna
Mineral bukan logam (non
metalic mineral) dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang
daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh :
- Leucite –
warna abu-abu - gores putih
- Dolomite –
warna kuning sampai merah jambu – gores putih
Mineral yang mempunyai
kilap magnetik kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih gelap dari warna
mineralnya sendiri.
Contoh :
- Pyrite –
warna kuning – gores hitam
- Copper –
warna merah tembaga – gores hitam
- Hematite –
warna abu-abu kehitaman – gores merah
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering
menunjukan warna yang sama.
Contoh :
- Cinnabar –
warna dan gores merah
- Magnetite –
warna dan gores hitam
- Lazurite –
warna dan gores biru
6. BELAHAN
(CLEAVAGE)
Apabila suatu mineral
mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas dan plastisitasnya, maka pada
akhirnya mineral akan pecah.
Belahan mineral akan selalu
sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan
gambaran dari struktur dalam dari kristal.
Belahan tersebut akan
menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian
kristal dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari
bagus/tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
a. Sempurna
(perfect)
Yaitu apabila mineral mudah
terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar
pecah selain melalui bidang belahannya. Contohnya Calcite, Muscovite,
Galena, Halite.
b. Baik
(good)
Yaitu apabila mineral mudah
terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah
memotong atau tidak melalui bidang belahannya. Contohnya Feldspar,
Hyperstene, Diopsite, Augite, Rhodonite.
c. Jelas
(distinct)
Yaitu apabila bidang belahan
mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui
bidang belahannya dan tidak rata. Contohnya Staurolite, Anglesit,
Scapolite, Feldspar, Hornblenda, Scheelite.
d. Tidak
Jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahan
mineral masih terlihat tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan pecahan sama
besar. Contohnya Beryl, Corundum, Platina, Gold, Magnetite.
e. Tidak
Sempurna (imperfect)
Yaitu mineral sudah tidak
terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak
rata. Contohnya Apatite, Cassiterite, Native Sulphur.
7. PECAHAN
(FRACTURE)
Apabila suatu mineral
mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan elastisitasnya, maka
mineral tersebut akan pecah.
Pecahan dapat dibagi :
a. Choncoidal
Adalah pecahan mineral yang
menyerupai pecahan botol atau kulit bawang. Contohnya Quartz,
Obsidian, Cerrusite, Rutile, Anglesite, Zincite.
b. Hackly
Adalah pecahan mineral
seperti runcing-runcing tajam, serat kasar tak beraturan atau seperti
bergerigi. Contohnya Copper, Platinum, Silver, Gold.
c. Even
Adalah pecahan mineral
dengan permukaan bidang kecil-kecil dengan ujung pecahan masih mendekati bidang
datar. Contohnya Muscovite, Talc, Biotite.
d. Uneven
Adalah pecahan mineral yang
menunjukan permukaan bidang pecahnya kasar dan tidak teratur.
Kebanyakan mineral
mempunyai pecahan uneven. Contohnya Calcite, Rutile, Marcasite,
Rhodonite, Chromite, Pyrolusite, Orthoclase, Geothine.
e. Splintery
Adalah pecahan mineral yang
hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai benang atau berserabut.
Contohnya Flourite, Anhydrite, Antigorite, Serpentine.
f. Earthy
Adalah pecahan yang hancur seperti tanah.
Contohnya Kaoline, Muscovite, Talc.
8. DAYA
TAHAN TERHADAP PUKULAN (TENACITY)
Tenacity adalah
suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan, penghancuran, dan
pemotongan.
Macam-macam tenacity :
a. Brittle
Apabila mineral mudah
hancur menjadi tepung halus. Contohnya Calcite, Marcasite,
Quartz, Hematite.
b. Sectile
Apabila mineral mudah
terpotong pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung. Contohnya Gypsum,
Cerargyrite.
c. Malleable
Apabila mineral ditempa
dengan palu akan menjadi pipih. Contohnya Gold, Copper, Silver.
d. Ductile
(dapat ditarik/diukur
seperti kawat). Apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila
dilepaskan maka mineral akan kembali seperti semula. Contohnya Silver,
Olivine, Copper, Cerargyrite.
e. Flexible
Apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana
dengan mudah. ContohnyaTalc, Gypsum, Mica.
f. Elastic
Dapat merenggang bila
ditarik, dan kembali seperti semula bila dilepaskan. Contohnya Muscovite,
Hematite tipis.
9. BERAT
JENIS (SPECIFIC GRAVITY)
Berat jenis adalah angka perbandingan
antara berat suatu mineral dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama.
BJ
=
Dalam penentuan berat jenis dipergunakan
alat-alat :
a. Piknometer
b. Timbangan
analitik
c. Gelas
ukur
Cara I :
Dengan menggunakan gelas ukur dan timbangan
analitik. Mineral dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah diisi air, dan
jumlah air telah diketahui dengan pasti.
Besar air yang tumpah atau kenaikan air pada
gelas ukur dapat dibaca. Berat jenis dapat diukur dengan berat mineral yang
telah ditimbang dibagi dengan volume air yang tumpah.
Misal :
- Berat
mineral = G2
- Air
yang dimasukkan ke dalam gelas ukur = G2
- Kenaikan
setelah mineral dimasukkan ke dalam gelas ukur = G3
BJ =
Cara II :
Dengan mempergunakan alat piknometer dan
timbangan analitik.
Misal :
- Berat
piknometer kosong = A
- Berat
piknometer + mineral = B
- Berat
piknometer + air = C
- Berat
piknometer + air + mineral = D
10. RASA
DAN BAU (TASTE & ODOUR)
Rasa (taste) hanya dipunyai oleh
mineral-mineral yang bersifat cair :
a. Astringet :
rasa yang umumnya dimiliki oleh sejenis logam
b. Sweetist
astringet : rasa seperti pada tawas.
c. Saline :
rasa yang dimiliki garam
d. Alkaline :
rasa seperti pada soda.
e. Bitter :
rasa seperti rasa garam pahit.
f. Cooling :
rasa seperti rasa sendawa
g. Sour :
rasa seperti asam belerang
Melalui gesekan dan
penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatilemelalui
pemanasan atau melalui penambahan suatu asam, maka kadang-kadang bau (odour)
akan menjadi ciri-ciri yang khas dari suatu mineral.
· Alliaceous
Bau seperti bawang proses
pereaksian dari arsenopirit akan menimbulkan bau yang khas. Hal ini juga
dimiliki oleh senyawa-senyawaarsenite karena proses pemanasan.
· Horse
Radish Odour
Bau dari kuda yang menjadi
busuk (biji selenit yang dipanasi).
· Sulphurous
Bau yang ditimbulkan oleh
proses pereaksian pirit atau pemanasan mneral yang mengandung
sulfida.
· Bituminous
Bau seperti bau aspal (bitumen)
· Fetid
Bau yang ditimbulkan oleh asam sulfida atau
bau seperti telor busuk.
· Argillaceous
Bau seperti lempung basah,
seperti serpentine yang mengalami pemanasan. Bau kalau pyragillite dipanasi.
Kadang-kadang raba (feel) merupakan
karakter yang penting.
Ada beberapa macam raba, misalnya : Smooth
(sepiolite), Greasy (talc).
11. SIFAT
KEMAGNETAN
Semua mineral mempunyai
sifat magnetis, meskipun untuk menunjukannya dibutuhkan suatu alat khusus.
Sebagian kecil dari mineral dalam keadaan asli (murni) dapat ditarik oleh
magnet baja yang kuat dengan mudah. Mineral-mineral tersebut disebut magnetit (Paramagnetite).
Misalnya : Magnetite, Pyrotite.
Dalam banyak hal sifat magnetit mungkin
berasal dari tenaga induksi bumi, dimana tenaga induksi tersebut dari magnet
sangat kuat (besar)
Yang perlu dicatat adalah
sifat dari mineral yang diselidiki apakahParamagnetite (Magnetite) atau Diamagnetit
(Non magnetit).
- Paramagnetite
(magnetit) adalah mineral mempunyai gaya tarik terhadap magnet.
- Diamagnetit
(Non magnetit) adalah mineral tersebut mempunyai gaya tolak terhadap
magnet.
12. DERAJAT
KETRANSPARANAN
Sifat transparan dari suatu
mineral tergantung kepada kemampuan mineral tersebut men-transmit sinar cahaya
(berkas cahaya). Sesuai dengan itu, variasi jenis mineral dapat dibedakan atas
:
a. Opaque
mineral
Mineral yang tidak tembus
cahaya meskipun dalam bentuk helaian yang amat tipis. Mineral-mineral ini
permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan berkas hitam atau
hitam. (logam-logam mulia,belerang, ferric oksida, dll).
b. Transparent
mineral
Mineral-mineral yang tembus
pandang seperti kaca biasa (batu-batu kristal, danIceland spar).
c. Transculent
mineral
Mineral tembus cahaya tetapi tidak tembus
pandang seperti kaca frosted(chalsedon, gypsum, dan
kadang-kadang juga opal).
d. Mineral-mineral
yang tidak tembus pandang (transparent) dalam bentuk pecahan-pecahan (fragmen)
tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis (feldspar,karbonat-karbonat
dan silicon).
Sistem
Kristal dan Kisi Bravais
Sistem
kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem kristal
tersebut adalah Kubus, tetragonal, ortorombik, heksagonal, trigonal, monoklin,
dan triklin.
1.
Sistem kristal kubus
sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
Berikut
bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:
Kubus sederhana,
Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) kubus.
Kubus sederhana,
Pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) kubus.
Pada
kubus BCC, masing-masing terdapat satu atom pada semua pojok kubus, dan
terdapat satu atom pada pusat kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna biru).
Pada
kubus FCC, selain terdapat masing-masing satu atom pada semua pojok kubus, juga
terdapat atom pada diagonal dari masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan
dengan atom warna merah).
2.
Sistem Kristal tetragonal
Pada
sistem kristal tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a = b ≠
c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal
tetragonal ini hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
Pada
bentuk tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana masing-masing
terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.
Sedangkan
pada tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus berpusat badan, yaitu
memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom warna biru), dan
atom lainnya berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
3.
Sistem kristal Ortorombik
Sistem
kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik sederhana, body
center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat
muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi
ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari
sistem kristal ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki
sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
4.
Sistem kristal monoklin
Sistem
kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : monoklin sederhana dan berpusat
muka pada dua sisi monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c), serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c), serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
5.
Sistem kristal triklin
Pada
sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini
memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut
yang berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.
6.
Sistem kristal rombohedral atau trigonal
Pada
sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c).
sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.
7.
Sistem kristal heksagonal
Pada
system kristal ini, sesuai dengan namanya heksagonal (heksa = enam), maka
system ini memiliki 6 sisi yang sama. System kristal ini memiliki dua nilai
sudut yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ=120°) ,
sedangkan pajang rusuk-rusuknya adalah a = b ≠ c. semua atom berada
pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan terdapat masing-masing atom berpusat
muka pada dua sisi heksagonal (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Secara
keseluruhan, dapat dilihat pada tabel berikut :
No.
|
Sistem Kristal
|
Kisi Bravais
|
Panjang rusuk
|
Besar sudut-sudut
|
1.
|
Kubus
|
|
a = b = c
|
α = β = γ = 90°
|
2.
|
Tetragonal
|
|
a = b ≠ c
|
α = β = γ = 90°
|
3.
|
Ortorombik
|
|
a ≠ b ≠ c
|
α = β = γ = 90°
|
4.
|
Monoklin
|
|
a ≠ b ≠ c
|
α = γ = 90°,β ≠ 90°
|
5.
|
Triklin
|
|
a ≠ b ≠ c
|
α ≠ β ≠ γ ≠ 90°
|
6.
|
Rombohedral atau
trigonal
|
|
a = b ≠ c
|
α = β = 90°,γ = 120°
|
7.
|
Heksagonal
|
|
a = b ≠ c
|
α = β = 90°,γ = 120°
|
Total = 7 Sistem
Kristal
|
Total = 14 Kisi
Bravais
|
|
|
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Lokasi Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan Pada tangggal 02
April 2016, bertempat di dua lokasi yaitu:
Lokasi
pertama : Jl. Kadrieoening, belakang
SMPIT Cordova
Lokasi
kedua : Jl.
Suryanata, Bukit Batubutih
3.2. Alat dan Bahan
a) GPS
b) Kaca Pembesar
c) Palu Geologi
d) Plastik Sampel
e) Pulpen
f) Peta Topografi Samarinda
g) Pensil
h) Penggaris
3.3
Prosedur Pengukuran dan Pengamatan
1) Mengukur
posisi pengamatan menggunakan GPS.
2) Menyeket/menggambar lokasi yang akan
diamati.
3) Mencari
mineral yang ada disekitar lokasi pengamatan.
4) Mendeskripsikan
mineral yang ditemukan atau didapatkan
5) Mencatat hasil pengamatan yang telah di diskusikan dengan dosen
pendamping.
Pengamatan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan
Deskriptif dengan cara survey langsung ke lapangan, sehingga kita dapat mengamati
langsung mengenai mineral yang ada dilokasi pengamatan dapat memberikan
gambaran mengenai jenis-jenis batuan yang diteliti.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN’
4.1
Lokasi Pertama Jl. Kadrieoening
Pada lokasi pengamatan
pertama yang terletak di jalan kadrieoening dibelakang SMPIT Cordova titik koordinat yang di dapatkan adalah S
00°28’05,1” dan E 117°07’53,5” dengan elevasi 50 – 100 mdpl
Mineral yang ada dilokasi
pengamatan adalah adalah mineral kuarsa, dengan deskripsi sebagai berikut :
Unsur kimia
|
SiO2
|
Belahan
|
Tidak ada
|
Kekerasan
|
7
|
Warna
|
Bening atau putih
|
Sistem kristal
|
Heksagonal
|
Pecahan
|
Concoidal
|
Kilap
|
Kaca
|
Diagenesa
|
Kuarsa adalah mineral
yang umum dan terjadi dalam perbedaan yang besar dari lingkungan geologi.
Banyak terdapat di batuan beku dan batuan metamorf terutama dalam pegmatit
granit, paling umum dapat dijumpai dalam urat-urat logam hidrotermal. Juga
ditemukan dalam batu pasir terutama
batupasir kuarsa.
|
Dari
sudut pandang ilmu geologi lokasi pengamatan pertama berada di fomasi
balikpapan (Tmbp)
Tmbp : FORMASI BALIKPAPAN
Perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau,
disisipi lapisan batubara, tebal 5-10 cm. Batupasir gampingan, coklat,
berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20-40 cm,
mengandung foram kecil, disisipi lapisan tipis karbon. Lempung kelabu
kehitaman, setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lensa gampingan
berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran
mengandung foraminifera besar, moluska. Menunjukkan umur Miosen Akhir Bagian
Bawah-Miosen Tengah Bagian Atas yang berumur sekitar 17-20 juta tahun yang lalu.
Lingkungan Pengendapan Perengan *paras delta-dataran delta*. Tebal 1000-1500 m
Struktur geologi yang dapat diamati pada daerah penyelidikan
adalah berupa lipatan antiklinorium
dan sesar, lipatan
pada umumnya berarah
timur laut –
barat daya, Formasi Pamaluan
dan Balikpapan sebagian terlipat
kuat dengan kemiringan antara 40 - 75º,
Pada batuan yang lebih muda seperti Formasi Kampungbaru pada umumnya
terlipat lemah. Pada formasi
geologi daerah penyelidikan terdapat
tiga jenis sesar
yaitu sesar naik, sesar turun dan sesar mendatar. Sesar
naik terjadi pada Miosen Akhir yang kemudian terpotong oleh sesar mendatar yang
terjadi kemudian sedangkan sesar
turun terjadi pada kala Pliosen.
Pada lokasi pengamatan ketinggiannya sekitar 50-100 mdpl, dari
sudut pandang geomorfologi yang ada dilokasi pengamatan menunjukkan Bentuk lahan asal struktural, merupakan bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh
struktur geologis, contohnya adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan,
perbukitan kubah dan sebagainya dan juga bentuk lahan asal denudasi, merupakan
bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses degradasi seperti erosi
dan longsor, contohnya bkit sisa, peneplain, lahan rusak.
4.2 Lokasi Kedua Jl. Suryanata, Batuputih
Pada lokasi kedua ini di jalan suryanata batupuih titik
koordinatnya adalah S 00°45’10” & E 117°45’30,7”
Mineral yang ada di lokasi pengamatan adalah mineral kalsit,
dimana deskripsinya sebagai berikut :
Unsur kimia
|
CaCO3
|
Belahan
|
Sempurna
|
Kekerasan
|
3
|
Warna
|
Bening atau putih
|
Sistem kristal
|
Heksagonal
|
Pecahan
|
Concoidal
|
Kilap
|
Kaca
|
Diagenesa
|
Sebagian besar terbentuk
dilaut dengan nodul dalam batuan sedimen, urat hidrotermal sebagai urat gang,
didalamm berbagai batuan beku
|
Dari
sudut pandang ilmu geologi lokasi pengamatan pertama berada di fomasi bebulug
(Tmb)
Tmb : FORMASI
BEBULUH
Batugamping terumbu
dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih, warna kelabu, padat mengandung
foram besar, berbutir sedang. Setempat batugamping menghablur, terkekar tak
beraturan. Serpih, kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu
tua kehitaman. Foraminifera besar yang dijumpai antara lain Lepidocyclina Sumatraensis Brady, Myogipsina sp.,
Operculina sp., menunjukkan umur Miosen Awal - Miosen Tengah. Lingkungan
pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Bebuluh tertindih
selaras oleh Formasi Pulau Balang.
Terdapat sesar naik
antiklin besar yang bersumbu pada timur laut dan barat daya, litologi batuannya
adalah batu gamping kelabu abu-abu kehitaman, koral,terumbu karang (batu
gamping kalti) butirannya halus.
Pada lokasi pengamatan
ketinggiannya 150-170 mdpl, dari sudut pandang geomorfologi di lokasi
pengamatan lokasi tersebut merupakan Bentuk lahan asal solusional (pelarutan), merupakan bentuk lahan yang
dihasilkan oleh pelarutan batuan. Banyak terdapat pada daerah kapur (karst).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada
lokasi pertama di jalan kadrie oening mineral yang didapatkan ada lah jenis
menieral kuarsa, dengan unsur kimia SiO2, system Kristal heksagonal, belahan
tidak ada, kekerasan 7, kilap kaca, dengan diagenesa Kuarsa
adalah mineral yang umum dan terjadi dalam perbedaan yang besar dari lingkungan
geologi. Banyak terdapat di batuan beku dan batuan metamorf terutama dalam
pegmatit granit, paling umum dapat dijumpai dalam urat-urat logam hidrotermal.
Juga ditemukan dalam batu pasir terutama
batupasir kuarsa. pada lokasi pengamatan tersebut berada di
formasi Balikpapan.
Perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau,
disisipi lapisan batubara, tebal 5-10 cm. Batupasir gampingan, coklat,
berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20-40 cm,
mengandung foram kecil, disisipi lapisan tipis karbon. Lempung kelabu
kehitaman, setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lensa gampingan
berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran
mengandung foraminifera besar, moluska. Menunjukkan umur Miosen Akhir Bagian
Bawah-Miosen Tengah Bagian Atas yang berumur sekitar 17-20 juta tahun yang lalu.
Lingkungan Pengendapan Perengan *paras delta-dataran delta*. Tebal 1000-1500 m
Lokasi
kedua di jalan suryanata batuputih mineral yang didapatkan adalah mineral
kalsit, dengan unsur kimia CaCO3, belahan sempurna, kekerasan 3,
warna bening atau putih, system Kristal heksagonal, pecahan concoidal, kilap
kaca, dengan diagenesa Sebagian
besar terbentuk dilaut dengan nodul dalam batuan sedimen, urat hidrotermal
sebagai urat gang, didalamm berbagai batuan beku. Pada lokasi kedua ini teletak
di formasi bebuluh.
Batugamping terumbu
dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih, warna kelabu, padat mengandung
foram besar, berbutir sedang. Setempat batugamping menghablur, terkekar tak
beraturan. Serpih, kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu
tua kehitaman. Foraminifera besar yang dijumpai antara lain Lepidocyclina Sumatraensis Brady, Myogipsina sp.,
Operculina sp., menunjukkan umur Miosen Awal - Miosen Tengah. Lingkungan
pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Bebuluh tertindih
selaras oleh Formasi Pulau Balang.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar