BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca
berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain.
Studi tentang iklim dipelajari dalam klimatologi.
Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.
Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.
Trewartha and Horn
(1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim
merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer
di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan
hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai
tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman
serta suksesi episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang
bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan diberikan
pada nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan atau nilai-nilai
yang ekstrim juga mempunyai arti penting. Indonesia mempunyai
karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai
karakteristik iklim yang spesifik
Berdasarkan posisi relatif suatu tempat di bumi terhadap garis khatulistiwa dikenal kawasan-kawasan dengan kemiripan iklim secara umum akibat perbedaan dan pola perubahan suhu udara, yaitu kawasan tropika (23,5°LU-23,5°LS), subtropika (23,5°LU-40°LU dan 23°LS-40°LS), sedang (40°LU-66,5°LU dan 40°LS-66,5°LS), dan kutub (66,5°LU-90°LU dan 66,5°LS-90°LS).
Iklim kontinental adalah iklim yang berciri
suhu musim dingin yang cukup untuk mengalami periode bersalju setiap tahun. Wilayah yang memiliki
iklim kontinental terletak di Belahan Utara, dan juga dan pada wilayah dengan
ketinggian yang tinggi. Iklim jenis ini mengalami sekurang-kurangnya tiga bulan
dengan suhu melampaui 10°C danmusim sejuk selama sekitar satu bulan dengan suhu
di bawah -3°C.
|
Iklim kutub adalah iklim dingin yang terdapat di daerah kutub. Di daerah itu musim dingin berlangsung lama, musim panas yang sejuk berlangsung singkat, udaranya kering, tanahnya selalu membeku sepanjang tahun, saat musim dingin seluruh tanah ditutupi es, memiliki jenis vegetasi berupa lumut-lumutan dan semak-semak. Wilayahnya di belahan bumi utara yaitu Amerika Utara, Greenland, dan pantai utara Siberia, sedangkan di belahan bumi selatan yaitu antartika
Iklim Mediterania adalah iklim pada kebanyakan wilayah cekungan Mediterania sebagai bagian dari iklim subtropis. Di luar Mediterania, iklim jenis ini terdapat di wilayah California, sebagian Australia barat dan selatan, Afrika Selatan bagian barat daya dan sebagian dari Chili tengah. Ciri iklim ini adalah musim panas yang hangat hingga panas dan kering, dan musim dingin yang mild dan basah. Contoh kota penting yang beriklim Mediterania adalah Atena, Barcelona, Beirut, Yerusalem, Madrid, Marseille dan Roma.
Iklim sedang untuk penggunaan dalam ilmu virologi, lihat kesedangan (virologi).
Dalam geografi, garis lintang sedang atau tepid dunia terletak di antara tropika dan lingkaran kutub.Perubahan di daerah ini antara musim panas dan musim dingin biasa sejuk, daripada terlalu panas atau dingin. Tapi di wilayah benua, seperti bagian tengah Amerika Utara, variasi antara musim panas dan musim dingin bisa ekstrem. Di daerah yang dianggap tropis, pemukiman di ketinggian tinggi (contohnya pegunungan Andes) memiliki iklim sedang. Zona sedang utara memanjang dari garis balik utara (sekitar 23.5 derajat lintang utara) hingga Lingkaran Arktik (sekitar 66.5 derajat lintang utara). Zona sedang selatan memanjang dari garis balik selatan (sekitar 23.5 derajat lintang selatan) hingga Lingkaran Antarktika (sekitar 66.5 derajat lintang selatan).
Di dalam perbatasan ini ada banyak jenis iklim, yang secara
umum dikelompokkan dalam dua kategori: samudera dan benua. Iklim laut dipengaruhi oleh samudera, yang
membantu menyeimbangkan temperatur stabil sepanjang tahun. Di zona sedang,
angin datang dari barat, sehingga sisi barat benua sedang selalu merasakan
iklim laut ini. Beberapa wilayah termasuk Eropa Barat, dan bagian barat Amerika
Utara di garis lintang antara 40° dan 60° utara (65°U di Eropa).
Iklim benua biasa berada di daratan, dengan musim panas hangat dan musim dingin yang dingin. Kehilangan dan penerimaan panas dibantu oleh massa tanah yang ekstensif. Di Amerika Utara, Pegunungan Rocky berperan sebagai perintang iklim bagi udara laut yang bertiup dari barat, membentuk iklim benua di timur. Di Eropa, iklim laut mampu menyeimbangkan temperatur daratan, karena rangkaian pegunungan besar - Alpen - terletak timur-barat (wilayah di timur rangkaian pegunungan Skandinavia adalah pengecualian).
|
Mayoritas luas penduduk dunia menetap di zona
sedang, terutama di belahan utara karena massa tanahnya. Orang-orang keturunan
Eropa dominan di sebagian zona sedang karena migrasi besar 1700-an dan 1800-an,
kecuali di daerah yang telah memiliki kepadatan penduduk yang tinggi (seperti
Asia Timur) atau di dunia Muslim.
Iklim subtropis basah (Köppen Cfa atau Cwa) adalah zona iklim yang bercirikan musim panas yang panas dan lembap, dan musim dingin yang nyaman. Jenis iklim ini mencakup kategori iklim yang luas, jadi istilah "subtropis" mungkin tidak kena dengan iklim musiman dingin.
Presipitasi tinggi dialami kebanyakan area beriklim ini pada semua musim. Hujan (dan adakalanya salju) pada musim dingin dikaitkan dengan badai besar yang dibawa oleh angin baratan dari barat ke timur. Pada musim panas, kebanyakan hujan turun dalam kondisi badai guntur dan badai tropis, topan atau badai sekali-sekala.
Iklim subtropis basah terletak di tepi tenggara semua benua di antara garis lintang 25 ° dan 40 ° utara dan selatan. Antara yang kecualinya di mana zona iklim ini mencapai garis lintang 46 ° utara adalah di Lembah Po, Toulouse dan sepanjang pesisir Laut Hitam di Eropa.
Skim Köppen menandai iklim ini dengan suhu min bulan tersejuk di antara -3 ° C (26.6 ° F) dan 18 ° C (64 ° F), dan bulan terpanasnya pula mencapai 22 ° C (72 ° F); apakah musim sejuknya kering , yaitu kurang satu persepuluh kelembapan bulan musim panas terlembap (Köppen: w), atau tidak musim kering (Köppen: f, yaitu musim sejuknya menerima lebih satu persepuluh kelembapan bulan musim panas terlembap, dan musim panasnya menerima sedikitnya 40 mm (1.6 in ) sebulan atau lebih sepertiga bulan mus[1].
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai
berikut:
1.
Mendeskripsikan pengertian iklim
2.
Mengetahui klasifikasi iklim di dunia
3.
Mengetahui penerapannya
|
BAB II
PEMBAHASAN
C. Klasifikasi Iklim di Dunia dan Penerapannya
1.1 klasifikasi Iklim
menurut Koppen
Pada tahun 1900, Wladimir
Koppen, seorang ahli klimatologi Jerman
mengklasifikasikan iklim dunia menjadi lima kelompok.klasifikasi iklim yang dilakukannya berdasarkan curah hujan dan suhuudara.
Selain itu, juga mempertimbangkan vegetasi dan penyebaranjenis tanah. Sistem klasifikasinya disusun dengan
menggunakan huruf besar dan kecil. Setiap kelompok menggunakan
simbol satu huruf besar. Sedang subkelompok menggunakan
dua huruf, yaitu gabunganhuruf besar
dan kecil. Klasifikasi iklim menurut Koppen, yaitu kelimakelompok iklim
tipe A, B, C, D, dan E.
a.Iklim
Tipe A (Iklim Hujan Tropis)
wilayah
beriklim tipe A memiliki curah hujan tinggi,penguapan tinggi (rata-rata 70 cm3 /tahun),
dan suhu udara bulanan rata-rata di atas 18°
C. Curah hujan tahunan lebih dari penguapan tahunan, tidak ada
musim dingin.
Wilayah beriklim tipe A dikelompokkan
menjadi tiga sebagai berikut.
1) Iklim tipe Af
memiliki suhu udara panas dan curah hujan tinggisepanjang tahun. Di wilayah
beriklim tipe A terdapat banyakhutan
hujan tropik. Contoh: wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Papua.Wilayah beriklim tipe Af memiliki ciri:
a) hutan sangat lebat dan heterogen (bermacam-macam
tanaman)
b) terdapat banyak tumbuhan panjat
c) terdapat jenis tumbuhan
seperti pakis, palem, dan anggrek.
2) iklim tipe Am, memiliki suhu
udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang kering. Batas antara musim
hujan dan kemarau tegas. Wilayah beriklim tipe Am antara lain terdapat di jawa
barat, jawa tengah, sulawesi selatan, dan papua bagian selatan.
Wilayah beriklim tipe Am memiliki ciri:
a) curah hujan tergantung musim
b) jenis tanaman pendek dan homogen
c) hutan homogen yang mengugurkan daunnya ketika
kemarau
3) iklim tipe Aw, memiliki suhu udara panas, musim
hujan, dan musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan dengan musim hujan.
Wilayah beriklim tipe Aw terdapat di wilayah jawa timur, madura, nusa tenggara
barat, nusa tenggara timur, kepulauan aru, dan papua bagian selatan.
Wilayah beriklim tipe Aw memiliki ciri:
|
a) hutan berbentuk sabana (savana)
b) jenis tumbuhan padang rumput dan semak belukar
c) pohonnya berjenis rendah
b.Iklim Tipe B
(Iklim Kering)
Ciri
Iklim tipe B adalah penguapan tinggi dengan curah hujanrendah (rata-rata 25,5
mm/tahun) sehingga sepanjang tahunpenguapan lebih besar daripada
curah hujan. Tidak terdapat sur-plus
air. Di wilayah beriklim tipe B tidak terdapat sungai yang permanen.
Wilayah beriklim tipe B dibedakan menjadi tipe Bs(iklim stepa) dan tipe Bw
(iklim gurun).
c.Iklim Tipe C
(Iklim Sedang Hangat)
Iklim
tipe C mengalami empat musim, yaitu musim dingin,semi, gugur, dan panas. Suhu udara rata-rata bulan terdinginadalah (–3)°C – (–8)°C. Terdapat paling sedikit
satu bulan yangbersuhu udara rata-rata 10° C.Iklim tipe C dibedakan menjadi tiga, sebagai
berikut.
1)Iklim
tipe Cw, yaitu iklim sedang basah ( humid mesothermal)dengan musim
dingin yang kering.
2)Iklim tipe Cs, yaitu iklim sedang basah
dengan musim panasyang kering.
3)Iklim tipe Cf, yaitu iklim sedang basah dengan
hujan dalamsemua bulan.
d.Iklim
Tipe D (Iklim Salju Dingin)
Iklim
tipe D merupakan iklim hutan salju dengan suhu udararata-rata bulan
terdingin < –3° C dan suhu udara rata-rata bulanterpanas > 10° C. Iklim
tipe D dibedakan menjadi dua:
1) Iklim
tipe Df, yaitu iklim hutan salju dingin dengan semua bulan
lembap.
2) Wilayah beriklim
tipe Dw, yaitu iklim hutan salju dingindengan musim dingin yang kering.
e.Iklim
Tipe E (Iklim Kutub)
Wilayah beriklim tipe E mempunyai ciri tidak mengenal musim
panas, terdapat salju abadi dan padang lumut. Suhu udaratidak pernah melebihi
10° C. Wilayah beriklim tipe E dibedakanatas
tipe Et (iklim tundra) dan tipe Ef (iklim kutub dengan salju abadi).
Iklim tipe E terdapat di daerah Arktik dan Antartika
|
Penerapan metode Koeppen
Selain tiga jenis iklim A (Af, As, dan Aw), koeppen
mengemukakan jenis iklim Am menunjukkan iklim tropis dengan jumlah curah hujan
kurang dari 60 mm selama satu bulan atau lebih, tetapi pada bulan lainnya
jumlah curah hujannya besar. Dengan keadaan semacam ini diharapkan bahwa
tanaman tidak banyak dipengaruhi kekeringan untuk sementara waktu. Koeppen juga
telah membagi jenis iklim kering (B) menjadi dua jenis, yaitu iklim stepa (BS)
dan iklim gurun (BW), tetapi di indonesia tidak terdapat iklim gurun. Pada
tempat yang tinggi di indonesia terdapat iklim C memnunjukkan suhu rata-rata tahunan dan suhu rata-rata untuk
bulan terdingin dan bulan terpanas di Indonesia sebagai fungsi ketinggian
tempat.
Tabel 1.1 Suhu
sebagai fungsi ketinggian.
|
Dari gambar diatas terlihat bahwa
ketinggian lebih dari 1.250 m, suhu pada bulan terdingin tetap dibawah 18°C, sehingga
diatas ketinggian ini dinyatakan sebagai iklim C. Untuk membedakan iklim C yang
terdapat di Indonesia dengan iklim C lintang tengah, maka notasi tambahan
dengan huruf i di perlukan untuk iklim C yang isotermis. Di Indonesia batas
antara iklim A dan Aa terletak kira-kira pada ketinggian 750 mm. Dalam iklim C
batas antara Ci dan Chi terletak pada ketinggian 1.400 m, dengan h menunjukkan
bahwa suhu rata-rata tehunan lebih besar dari 18°C. Selanjutnya iklim C dapat
dibagi menurut jumlah curah hujannya ke dalam iklimCw, Cf dan Cs seperti halnya
dalam iklim A.
Pada
dasarnya klasifikasi iklim menurut Koeppen dapat diterapkan di Indonesia,
tetapi mengingat variasi curah hujan untuk suatu stasiun di Indonesia sangat
besar maka hasil dari klasifikasi Koeppen kurang dapat memberi gambaran yang
memuaskan.
1.2 Klasifikasi iklim
Thornthwaite
Ahli klimatologi Amerika C.W. Thornthwaite
(1899-1963) mencoba membuat klasifikasi iklim dengan lebih sederhana.
Dikemukakan bahwa pentingnya endapan untuk tanaman tidak hanya bergantung pada
jumlahnya, tetapi juga pada intensitas penguapan. Jika penguapan besar, maka
endapan yang dipakai oleh tanaman akan lebih kecil dari pada penguapannya
kecil, tentu saja untuk jumlah endapan yang sama. berbeda dengan sistim
Koeppen, maka Thornthwaite (1933), menghitung nisbah keefektifan endapan (P-E),
yang didefinisikan sebagai jumlah endapan bulanan (P) dibagi dengan jumlah
penguapan bulanan (E), yaitu:
Nisbah
P-E =P/E
Jumlah
setahun (12 bulan) dari nisbah P-E
disebut indeks P-E. Karena kurangnya dat pengamatan mengenai penguapan, maka
untuk mengatasi kesulitan tersebut Thornthwaite mempelajari hubungan antara
endapan (P), penguapan (E), dan suhu (T) pada 21 stasiun di Amerika Serikat,
yang pengukuran penguapannya dilakukan dari bulan April sampai
September selama periode 4 sampai 12tahun.
Tabel 1.2 daerah kelembapan menurut
Thornthwaite
Tabel
kelembapan
|
Karakteristik
tanaman
|
Indeks
P-E
|
A. Basah
|
Hutan
hujan
|
|
B. Lembap
|
Hutan
|
64-127
|
C. Kurang lembap
|
Padang
rumput
|
32-63
|
D. Agak kering
|
Stepa
|
16-31
|
E. Kering
|
Gurun
|
<
16
|
|
Kenyataanya tidak semua kombinasi
antara daerah kelembapan dan keempat jenis tersebut dapat terjadi. Dalam
meninjau daerah iklim di bumi, perlu ditinjau juga suhunya. Untuk hal tersebut
Thornthwaite mengemukakan koefesien bulanan dari keefesienan panas,
yaitunnisbag T – E, jumlah dari 12 bulan nisbah T – E disebut indeks T – E.
Koefisien panas sangat rendah di daerah kutub dan indeks T – E didefinisikan
sedemikian rupa sehingga menjadi nol pada batas iklim tundra. Di daerah tropis
kondisi panas sangat baik untuk tanaman.
Keefektifan
endapan dan keefisienan suhu merupakan dua faktor iklim yang sangat penting,
seperti suhu dan endapan pada klasifikasi Koeppen. Tentu saja daerah iklim yang
didefinisikan Koeppen tidak sesuai dengan yang didefinisikan Thornthwaite .
dalm prakteknya, menurut Thornthwaite daerah hutan hujan tropis jauh lebih
sedikit.
Tabel 1.3 daerah suhu menurut Thornthwaite
Daerah
suhu
|
Indeks
T – E
|
A': Tropis
|
|
B': Mesotermal
|
64-127
|
C': Mikrotermal
|
32-63
|
D': Taiga
|
16-31
|
E': Tundra
|
1-15
|
D': Salju
|
0
|
Penggunaan kefektifan endapan dari
Thornthwaite mungkin secara teoritis lebih memuaskan daripada metode Koeppen,
tetapi dalam prakteknya timbul kesulitan karena data penguapan sangat kurang.
Contoh klasifikasi iklim Thornthwaite adalah:
BA' : iklim tropis lembap
BB' : iklim mesotermal lembap
CA' : iklim tropis kurang lembap
DA' : iklim tropis agak kering
DB' : iklim mesotermal agak
kering
1.3 Klasifikasi iklim Mohr
Berdasarkan penelitian tanah, Mohr membagi
tiga derajat kelembapan , yaitu:
-
Jumlah curah hujan dalam 1 bulan
lebih dari 100 mm, maka bulan ini dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini
melampaui jumlah peguapan.
-
Jika jumlah curah hujan dalam 1 bulan kurang dari 60 mm, maka bulan ini
dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air dalam tanah daripada
curah hujan.
-
Jika jumlah curah hujan dalam 1 bulan antara 60 mm dan 100 mm maka bulan
ini dinamakan bulan lembap, curah hujan dan penguapan kurang lebih seimbang.
Tentu saja jenis tanah memegang peranan,
tetapi dengan nilai batas kriteria diatas sudah cukup mewakili berbagai jenis
tanah.
|
Berdasrkan kriteria tersebut, maka
langkah pertama Mohr adalah mencari bulan kering dan bulan basah, kemudian
langkah kedua berdasarkan rata-rata bulanan seperti halnya pada metode Koeppen,
tetapi langkah kedua ini kurang sesuai untuk iklim dim Indonesia. Jadi langkah
pertama sudah sesuai bagi iklim pertanian, tinggal melukiskan klasifikasi
iklimnya yang perlu disempurnakan.
Meskipun
demikian, karya tulis Mohr menarik perhatian para ahli klimatologi,
Thornthwaite telah membuat artikel yang isinya mendiskusikan sistim iklim dari
Mohr secara panjang leba, metode Mohr ini telah diterapkan dengan berhasil di
daerah tropis. Seperti di Trinidad dan dalam bentuk modifikasi, sistem Mohr
telah diterapkan di Kongo.
1.4
Iklim menurut Schmidt-Ferguson
Schmidt-Ferguson (1950) membentuk
klasifikasi iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan basah dan kering. Bulan
disebut bulan basah jika dalam satu bulan curah hujan kurang dari 60 mm.
Schmidt-Ferguson menggunakan nilai Q yang diperoleh dari perbandingan jumlah
rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah.
Q=
1.5
Iklim menurut Junghuhn
Jughunh
membuat klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian tempat dan vegetasi pada tiap
ketinggian tertentu.Menurut Junghuhn klasifikasi daerah
iklim dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Daerah panas/tropis
Ketinggian tempat antara 0 – 600 m dari permukaan laut. Suhu 26,3° – 22°C. Tanamannya seperti padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat.
2. Daerah sedang
|
Ketinggian tempat 600 – 1500 m dari permukaan laut. Suhu 22° -17,1°C. Tanamannya seperti padi, tembakau, teh, kopi, cokelat, kina, dan sayur-sayuran.
3. Daerah sejuk
Ketinggian tempat 1500 – 2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1° – 11,1°C. Tanamannya seperti teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran.
4. Daerah dingin
Ketinggian tempat lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1° – 6,2°C. Tanamannya tidak ada tanaman budidaya kecuali sejenis lumut.
1.6 Iklim menurut Oldemen
|
Seperti halnya metode
Schmidt-Ferguson, metode Oldemen (1975) hanya memakai unsur curah hujan sebagai
dasar klasifikasi iklim. Jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang
cukup untuk membududayakan padi sawah, sedangkan sebagian besar palawija maka
jumlah curah hujan minimal yang diperukan adalah 100 mm tiap bulan. Musim hujan
selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan sawah selam satu musim.dalam
metode ini, bulan basah di definisikan sebagai bulan yang mempunyai jumlah
curah hujan yang sekurang-kurangnya 200 mm. Meskipun lamanya periode
pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis yang digunakan, periode 5 bulan
basah berurutan dalam satun tahun dipandang optimal untuk sekali tanam. Jika
lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat
menanam padfi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulanbasah
berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan. Dari
tinjauan di atas, Oldemen membagi 5 daerah agroklimat utama yaitu:
A
: Jika terdpapat lebih dari 9 bulan basah berurutan
B
: Jika terdpat 7 – 9 bulan basah berurutan
C
: Jika terdapat 5 – 6 bulan basah berurutan
D
: Jika terdapat 3 – 4 bulan basah berurutan
E
: Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutaan
Stratifikasi kedua adalah jumlah
bulan kering berurutan. Bulan kering didefinisikan sebagai hujan yang mempunyai
curah hujan kurang dari 100 mm, karena untuk pertumbuhan tanaman palawija
diperlukan curah hujan sekurang-kurangnya 100 mm tiap bulan. Jika terdapat
kurang dari 2 bulan kering, petani dengan mudah mengatasinya karena tanah cukup
lembap. Jika periode bulan kerng antara 2 dan 4, maka petani harus hati-hati
dalam membudayakan tanaman. Periode 5 sampai 6 bulan kering berurutan dipandang sangat lama jika irigasi tambahan tidak
tersedia. Dengan demikian pendaerahan agroklimat dengan meninjau stratifikasi
kedua adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4 zona agroklimat
|
BAB II
PENUTUP
D. Kesimpulan
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan
waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam
klimatologi.
Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.
Ada
beberapa klasifikasi iklim di dunia menurut para ahli, menurut Wladimir
Koeppen, mengklasifikasikan
iklim dunia menjadi lima kelompok.klasifikasi
iklim
yang dilakukannya berdasarkan curah hujan dan suhuudara. Menurut C.W.
Thornthwaite mencoba membuat klasifikasi
iklim dengan lebih sederhana. Dikemukakan bahwa pentingnya endapan untuk
tanaman tidak hanya bergantung pada jumlahnya, tetapi juga pada intensitas
penguapan. Menurut Mohr, tanah memberikan peranan penting terhadap iklim.
Menurut Schmidt-Ferguson membentuk
klasifikasi iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan basah dan kering. Menurut Jughunh
membuat klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian tempat dan vegetasi pada tiap
ketinggian tertentu. Dan Oldemen
hanya memakai unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim.
|
E. Saran
Dengan adanya klasifikasi iklim dan
pembagian iklim di dunia ini di harapkan agar bisa lebih efektif dan efesien
dalam bidang pertanian maupun perkebunan dalam menentukan bahan, lahan, maupun
kondisi iklim di suatu daerah tersebut agar mendapat hasil yang memuaskan dan
dapat membuat perekonomian menjadi lebih baik.
|
DAFTAR PUSTAKA
Pariwara Intan. 2012. Detik-detik
ujian nasional geografi. PT Macanan Jaya Cemerlang. Klaten
Tjasyono
Bayong. 2004. Klimatologi edisi ke-2.
ITB Bandung
_____
http://arisetiadi11911.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-dasar-dasar (7 Desember 2013, 17:34)
Kata Pengantar
Alhamdulillah Puji dan
syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT kami ucapkan atas
selesai nya makalah kelompok ini. Dengan ridho
dan
kasih sayang serta petunjuk dari-Nya kami telah menyelesaikan
yang berjudul “Klasifikasi Iklim di Dunia dan Penerapannya” ini dengan baik. Makalah
ini dapat di selesaikan dengan
semampu
nya kelompok kami.
Dengan menyelesaikan makalah ini kami sedikit
demi sedikit dapat mengerti
tentang klasifikasi iklim di dunia dan penerapannya, dan lebih mengerti dengan
iklim di kota yang di tempati ini.
Tugas ini bermanfaat
untuk kami semua sebagai acuan dalam proses
belajar. Akhirnya kelompok kami hanya bisa menghimbau kepada
pembaca dan bapak dosen atas laporan ini
diselesaikan
dengan sebaik mungkin dan bisa bermanfaat untuk kedepannya.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan, kata,
kalimat
dan mohon maaf apabila ada kekurangan yang lainnya.
Daftar
isi
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang
................................................................................................. 1
B.
Tujuan................................................................................................................ 3
BAB
II
PEMBAHASAN
................................................................................................... 4
C. Klasifikasi iklim di dunia dan penerapannya
..................................................... 4
1.1 Klasifikasi iklim menurut Koeppen................................................................. 4
1.2 Klasifikasi iklim menurut
Thornthwaite......................................................... 7
1.3 Klasifikasi iklim menurut
Mohr....................................................................... 8
1.4 Klasifikasi iklim menurut
Schmidt-Ferguson.................................................. 9
1.5 Klasifikasi iklim menurut
Junghuhn................................................................ 9
1.6 Klasifikasi iklim menurut
Oldemen................................................................. 10
BAB
III
PENUTUP
............................................................................................................
12
D. Kesimpulan ...................................................................................................... 12
E.
Saran................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar