Minggu, 10 April 2016

Geomorfologi Pulau Madura

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di setiap kawasan yang berbeda pastilah memiliki keadaan geomorfologi yang berbeda pula. Ada kawasan yang datar, miring, curam, atau bahkan bergelombang. Dengan mengadakan pengamatan dan membuat peta geomorfologi kawasan yang akan kita bangun maka kita akan mendapatkan data-data mengenai  kontur, beda ketinggian atau profil lahan tersebut.
Keadaan geologi Indonesia sangat kompleks. Lempeng tektonik di Indonesia melibatkan tiga lempeng besar dan beberapa lempeng kecil. Tiga lempeng besar itu adalah Lempeng Benua Eurasia, Samudera Hindia-Australia, dan Samudera Pasifik. Sementara yang kecil adalah Lempeng Laut Filipina. Berbeda dengan Lempeng Eurasia di bagian Utara-Barat yang cenderung relatif stabil, Hindia- Australia di bagian Selatan bergerak ke arah utara di Indonesia. Sedangkan Lempeng Pasifik di bagian utara-barat laut bergerak ke barat. Sistem tektonik di Indonesia menghasilkan aneka sumber daya seperti sumber daya mineral, gugusan gunung api, sistem panas bumi, dan lain-lain.
Secara umum, tektonik Indonesia dapat dilihat dari empat busur hasil proses tektonik, yaitu Busur Sunda yang mewakili bagian barat (Pulau Sumatra dan Jawa), Busur Banda (Pulau Maluku), Busur Sulawesi Utara-Sangihe, dan Busur Halmahera (“Tectonics of the Indonesian Region,” W. Hamilton, 1979). Dua busur terakhir adalah daerah pertemuan Lempeng Eurasia, Hindia-Australia, dan Filipina. Kebanyakan pulau-pulau di Indonesia menampilkan busur gunung api yang berhubungan dengan zona penunjaman di laut.

Kecepatan pergerakan tu brukan antara satu lempeng dengan lempeng lainnya di Busur Sunda rata-rata 60 mm/tahun dan di Busur Banda 75- 104 mm/tahun. Tubrukan ini menyebabkan adanya proses magmatik di banyak daerah dan membentuk sekitar 500 gunung api muda yang 129 di antaranya merupakan gunung api aktif. Gunung api muda di Indonesia, yang berusia Akhir Tersier atau Kuarter, kebanyakannya mengelompok sepanjang busur gunung api di seluruh Indonesia, dan panjangnya sekitar 7.000 km.
Proses geologi regional dan struktur lokalnya menyebabkan adanya gugusan gunung api muda di Indonesia yang banyak di antaranya melepaskan panas bumi dan manifestasi lainnya, seperti Kerinci (Pulau Sumatra), Kamojang (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah), Mataloko (Pulau Flores), Lahendong (Sulawesi Utara). Pulau Sumatra dan Jawa mewakili Busur Sunda, sementara Pulau Ambon mewakili Busur Banda, dan Lahendong merepresentasikan Busur Sulawesi Utara.
Berdasarkan hasil kajian Badan Geologi, status tahun 2012, diketahui sebanyak 299 lokasi panas bumi di Indonesia dengan total potensi energinya sebesar 28.835 MWe (Megawatt electrical, atau 106 watt listrik). Meski sedikit sekali, kurang dari 5%, dari seluruh potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan menjadi energi listrik, namun potensi panas bumi Indonesia adalah terbesar di dunia. Dari sini, timbul masalah menarik mengenai pertautan antara tektonik Indonesia dan proses panas bumi, dan cara mengelola serta mengembangkan potensi panas bumi di Indonesia.















1.2 Tujuan
        Tujuan dari  pembuatan makalah ini adalah :
     a. Untuk mengetahui letak geografis pulau Madura
     b. Untuk mengetahui luas dan batas pulau Madura
     c. Untuk mengetahui kondisi iklim pulau Madura
     d. Untuk mengetahui jenis tanah pulau Madura
     e. Untuk mengetahui kondisi hidrologi pulau Madura
     f. Untuk mengetahui geomorfologi pulau Madura
     g. Untuk mengetahui fisiografi pulau Madura
     h. Untuk mengetahui kondisi geologi pulau Madura
     i. Untuk mengetahui stratigrafi pulau Madura
     j. Untuk mengetahui pengembangan potensi fisik pulau madura



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Letak Geografis dan Astronomis  Pulau Madura

            Secara astronomis Pulau Jawa dan Madura  Terletak di antara 113°48′10″ – 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ – 7°56′41″ LS. Secara geologis wilayah Jawa dan Madura  terdapat banayak gunung berapi yang aktif  dapat menyuburkan tanah,  sering terjadi gempa bumi, dan terdapat bukti-bukti tersier yang kaya akan barang tambang, seperti minyak bumi, batu bara, dan bauksit. Puncak tertinggi di bagian timur Madura adalah Gunung Gadu (341 m), Gunung Merangan (398 m), dan Gunung Tembuku (471 m).
Pulau madura terletak disebelah timur laut pulau jawa, tepatnya sebelah utara provinsi jawa timur. Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur.
Luas keseluruhan Pulau Madura kurang lebih 5.168 km², atau kurang lebih 10 persen dari luas daratan Jawa Timur. Adapun panjang daratan kepulauannya dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Kalianget sekitar 180 km dan lebarnya berkisar 40 km. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144,75 km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.
 Batas fisik pulau Madura yaitu :
·         Batas sebelah utara: Laut Jawa
·         Batas sebelah selatan: Selat Madura
·         Batas sebelah timur: Laut Jawa
·         Batas sebelah barat: Selat Madura.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhapR0EMUkUEy_Plmf081s9CYSov9wAnaGGOv4OCNEvu3Otvm0pVzOR0s1i3Em7l91qRBgixXdTHcV990FOAvdfusGWiPy89T9os0vSHqEHNVZ_gFsTpfuqyE5SkgXT-umB09n97H23MVM/s640/Capture.JPG

2.2  Kondisi Iklim Pulau Madura
            Pulau Madura mempunyai iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut membawa banyak uap air dan hujan di kawasan Indonesia; dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara kering, membawa sedikit uap air. Suhu udara di dataran rendah Indonesia berkisar antara 23 derajat Celsius sampai 28 derajat Celsius sepanjang tahun. 2 musim di Jawa dan Madura  yaitu musim hujan dan musim kemarau, pada beberapa tempat dikenal musim pancaroba, yaitu musim di antara perubahan kedua musim tersebut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu_nXY6sjebqhLD08XgLfEeP0tl6xSRRvrt_wX7xewCsjDQwLT8IcgbFrd2gZVGLvbvAWw2qF9eS-DrbUIyiY3eX4brE-Bo01t5fr6iMlmpJDIew3bz2hKW-2pQ2FTC5th4lG1DWzXCcg/s1600/Angin+Muson+Barat+dan+Angin+Muson+Timur.png

2.3  Jenis tanah di Pulau Madura

2.4  Kondisi Hidrologi Pulau Madura
            Wilayah pulau madura mempunyai iklim type Monsoon dengan dua musim yaitu hujan yang berlangsung antara bulan Nopember – April dan kemarau antara bulan Mei – Oktober. Kondisi topografi,di samping angin Monsoon sangat mempengaruhi besarnya curah hujan, semakin tinggi letaknya di atas permukaan laut semakin besar pula curah hujannya bila dibandingkan dengan daerah dataran. Bagian tengah wilayah  yang berupa perbukitan dan gunung, curah hujannya jauh lebih besar daripada curah hujan di dataran yang merupakan pantai, baik di bagian Utara maupun di bagian Selatan. Di daerah perbukitan curah hujan bahkan >2000 mm/th; yang memberikan kontribusi yang besar terhadap resapan air ke dalam tanah, sedangkan di daerah pantai curah hujan berkisar antara 500 – 1000 mm/th.
            Pulau Madura mempunyai jumlah curah hujan berkisar antara 1328 – 1571 mm/th. Bulan kering terjadi pada bulan agustus dan September dengan kisaran 1 – 18 mm, sedangkan bulan basah pada bulan januari berkisar antara 215 – 240 mm. suhu udara di Pulau Madura termasuk tinggi berkisar antara 27°C - 30°C . Pulau Madura mengalami surplus air rata – rata hanya 5 bulan, sedangkan 7 bulan mengami defisit air, hal ini terlihat pada data evapotranspirasi yang berkisar antara 1536 – 1565 mm/th. Sehingga melebihi curah hujan rata-rata defisit airnya adalah 306 – 402 mm/th.

2.5  Fisiografi Pulau Madura
Sebagian besar wilayah Madura termasuk Lajur Rembang, merupakan pegunungan yang terlipat dan membentuk antiklinorium yang memanjang dengan arah barat - timur. Pada umumnya daerah ini termasuk perbukitan landai hingga pegunungan berlereng terjal. Berdasarkan keadaan bentang alamnya daerah Madura dikelompokkan menjadi tiga satuan morfologi, yakni : dataran rendah, perbukitan dan kras.

1.         Morfologi dataran rendah, dengan ketinggian antara 0 - 50 m (dpl), menempati daerah pesisir. Di pesisir selatan Madura, dataran rendah membentang dari barat ke timur yaitu dari Pamekasan sampai ke Dungke. Di daerah Pamekasan dan Sumenep daerah dataran rendah lebih luas daripada daerah lainnya dan merupakan muara S. Trokom dan S. Anjak. Daerah ini di bentuk oleh endapan sungai, pantai, rawa dan batugamping koral.

2.         Morfologi bergelombang, dengan ketinggian 0 - 200 m (dpl), menempati bagian utara, tengah dan selatan, memanjang dengan arah barat - timur, umumnya dibentuk oleh batuan sedimen yang terdiri dari batulempung Formasi Tawun, batupasir Anggota Formasi Ngrayong dan batugamping.


3.      Morfologi karst, dengan ketinggian 120 - 440 m (dpl), dicirikan oleh perbukitan kasar, terjal, sungai bawah permukaan, gua - gua, dolina, gawir dan kuesta, menempati bagian utara dan selatan, memanjang barat - timur, umumnya dibentuk oleh batugamping pasiran dan batugamping terumbu.
Pola aliran sungai pada umumnya mendaun dan sebagian kecil sejajar, searah dengan arah jurus lapisan, sebagian memotong arah jurus lapisan, lembahnya termasuk menjelang dewasa.

2.5.1 Stratigrafi
Daerah Madura dibentuk oleh batuan sedimen yang berumur Miosen Awal hingga Pliosen dan batuan endapan permukaan yang terdiri dari endapan aluvium.
Batuan tertua adalah Formasi Tawun (Tmt), terdiri dari batulempung, napal dan batugamping orbitoid, berumur Miosen Awal - Miosen Tengah, Formasi Ngrayong (Tmtn) menindih selaras Formasi Tawun yang terdiri dari batupasir kuarsa berselingan dengan batugamping orbitoid dan batulempung, berumur Miosen Tengah.
Formasi Ngrayong tertindih selaras oleh Formasi Bulu (Tmb) yang terdiri dari batugamping pelat dengan sisipan napal pasiran, berumur Miosen Tengah bagian atas.
Formasi Pasean (Tmp) menindih selaras Formasi Bulu, terdiri dari perselingan napal pasiran dan batugamping lempungan, berumur Miosen Akhir.
Formasi Madura (Tpm) menindih tak selaras Formasi Pasean, terdiri dari batugamping terumbu dan batugamping dolomitan, berumur Pliosen. Formasi ini tertindih tak selaras oleh Formasi Pamekasan (Qpp) yang terdiri dari konglomerat, batupasir dan lempung, berumur Plistosen. Endapan paling muda adalah aluvium terdiri dari pasir kuarsa, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal, berumur Holosen.

2.5.2 Struktur
Struktur di daerah Madura adalah lipatan dan sesar. Struktur antiklin dan sinklin berarah barat - timur, jurus sesar umumnya berarah baratdaya - timurlaut dan baratlaut - tenggara. Antiklin umumnya berkembang pada Formasi Ngrayong, Bulu dan Formasi Pasean. Sinklin pada umumnya berkembang pada Formasi Ngrayong.Sesar yang terdapat di daerah ini adalah sesar naik, sesar geser dan sesar normal, jurus sesar naik berarah barat - timur, jurus sesar geser dan sesar normal berarah baratdaya - timur laut dan baratlut - tenggara. Kelurusan pada umumnya searah dengan jurus sesar geseran sesar normal



2.6  Geomorfologi Pulau Madura
Pulau Jawa memiliki deretan perbukitan kapur yang sangat panjang terutama didaerh rembang jawa tengah. Pulau Madura adalah merupakan perluasan ke timur dari bukit Rembang. Pulau ini terpisah dari Jawa mungkin terjadi pada tahun 80 SM ( menurut Statterhein). Selat Madura dimanapun dalamnya tidak lebih dari 100 m merupakan lanjutan dari pegunungan Kendeng yang ujung timurnya tenggelam di dataran delta Brantas. Pantai utaranya yang sempit menunjukan endapan pluvio-pleistosin yang terlipat serta tertutup oleh vulkan-vulkan kecil. Jalur pantai ini merupakan lanjutan dari tepi selatan anti klinorium Kendeng. Sub zone Blitar membujur kearah timur. Tanah rendah Lumajang Jember mencapai pantai selatan dimana disitu tidak terdapat pegunungan selatan seperti halnya tanah rendah Ronggo Jampi mencapai pantai selatan di Grojogan.

Secara fisiografi pada daerah ini termasuk bagian timur Perbukitan Kendeng, bagian tengah Perbukitan Rembang-Madura, pendataran alluvium Jawa sebelah utara, pendataran tengah Jawa Timur dan bagian timur lekuk Randublatung. Bagian timur Perbukitan Kendeng yang ada di Lembar ini tertutup alluvium. Yang berbeda dengan itu adalah Perbukitan Rembang-Madura yang menerus sampai Pulau Madura. Tiga satuan morfologi yang dapat dibedakan pada daerah ini, yaitu pedataran rendah, perbukitan menggelombang, dan perbukitan kras.

Sungai pada Lembar ini banyak dikendalikan oleh struktur, terutama lipatan dan sesar. Di bagian selatan Lembar, pada umumnya pola penyaliran berkembang secara kongkor dan K. Brantas akibat muatan dibawahnya berupa batuan letusan gunungapi akhirnya terdesak hingga ke pegunungan Kendeng. Hilirnya yang disebut K. Di Madura ini terjadi pembalikan topografi, puncak antiklin telah terkikis habis dan kini lebih rendah daripada sayapnya. Sebagai akibatnya, pola penyaliran yang semula konsekuen kemudian menjadi obsekuen. Sejumlah sungai kecil-kecil yang umumnya mengalir ke utara yang tetap konsekuen terkendalikan oleh sesar turun. Di daerah yang dialasi batugamping, yaitu di bagian tengah dan selatan berkembang penyaliran bawah tanah. Di bagian lain terdapat pola penyaliran dendrit



2.7  Geologi Pulau Madura
Pada masa sekarang (Neogen – Resen), pola tektonik yang berkembang di Pulau Jawa dan sekitarnya, khususnya Cekungan Jawa Timur bagian Utara merupakan zona penunjaman (convergent zone), antara lempeng Eurasia dengan lempeng Hindia – Australia (Hamilton, 1979, Katili dan Reinemund, 1984, Pulonggono, 1994).
Evolusi tektonik di Jawa Timur bisa diikuti mulai dari Jaman Akhir Kapur (85 – 65 juta tahun yang lalu) sampai sekarang (Pulonggono, 1990). Secara ringkasnya, pada cekungan Jawa Timur mengalami dua periode waktu yang menyebabkan arah relatif jalur magmatik atau pola tektoniknya berubah, yaitu pada jaman Paleogen (Eosen – Oligosen), yang berorientasi Timur Laut – Barat Daya (searah dengan pola Meratus). Pola ini menyebabkan Cekungan Jawa Timur bagian Utara, yang merupakan cekungan belakang busur, mengalami rejim tektonik regangan yang diindikasikan oleh litologi batuan dasar berumur Pra – Tersier menunjukkan pola akresi berarah Timur Laut – Barat Daya, yang ditunjukkan oleh orientasi sesar – sesar di batuan dasar, horst atau sesar – sesar anjak dangraben atau sesar tangga. Dan pada jaman Neogen (Miosen – Pliosen) berubah menjadi relatif Timur – Barat (searah dengan memanjangnya Pulau Jawa), yang merupakan rejim tektonik kompresi, sehingga menghasilkan struktur geologi lipatan, sesar – sesar anjak dan menyebabkan cekungan Jawa Timur Utara terangkat (Orogonesa Plio – Pleistosen) (Pulonggono, 1994). Khusus di Cekungan Jawa Timur bagian Utara, data yang mendukung kedua pola tektonik bisa dilihat dari data seismik dan dari data struktur yang tersingkap.
Menurut Van Bemmelen (1949), Cekungan Jawa Timur bagian Utara (North East Java Basin) yaitu Zona Kendeng, Zona Rembang – Madura, Zona Paparan Laut Jawa (Stable Platform) dan Zona Depresi Randublatung.
Keadaan struktur perlipatan pada Cekungan Jawa Timur bagian Utara pada umumnya berarah Barat – Timur, sedangkan struktur patahannya umumnya berarah Timur Laut – Barat Daya dan ada beberapa sesar naik berarah Timur – Barat.
Zona pegunungan Rembang – Madura (Northern Java Hinge Belt) dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian Utara (Northern Rembang Anticlinorium) dan bagian Selatan (Middle Rembang Anticlinorium).
Bagian Utara pernah mengalami pengangkatan yang lebih kuat dibandingkan dengan di bagian selatan sehingga terjadi erosi sampai Formasi Tawun, bahkan kadang – kadang sampai Kujung Bawah. Di bagian selatan dari daerah ini terletak antara lain struktur – struktur Banyubang, Mojokerep dan Ngrayong.
Bagian Selatan (Middle Rembang Anticlinorium) ditandai oleh dua jalur positif yang jelas berdekatan dengan Cepu. Di jalur positif sebelah Utara terdapat lapangan – lapangan minyak yang penting di Jawa Timur, yaitu lapangan : Kawengan, Ledok, Nglobo Semanggi, dan termasuk juga antiklin – antiklin Ngronggah, Banyuasin, Metes, Kedewaan dan Tambakromo. Di dalam jalur positif sebelah selatan terdapat antiklinal-antiklinal / struktur-struktur Gabus, Trembes, Kluweh, Kedinding – Mundu, Balun, Tobo, Ngasem – Dander, dan Ngimbang High.

Sepanjang jalur Zona Rembang membentuk struktur perlipatan yang dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
1.                  Bagian Timur, dimana arah umum poros antiklin membujur dari Barat Laut – Timur Tenggara.
2.                  Bagian Barat, yang masing – masing porosnya mempunyai arah Barat – timur dan secara umum antiklin-antiklin tersebut menunjam baik ke arah barat ataupun ke arah timur.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw7-OPxZFJ_83r33yWRUmUBHNV5LTJww2NqRqYTrobxA87eQQbZwaddDhWUdiutIXPlsNtPsF18ebD4nimrcTRCABnsbhL3tBtYRHK9PJVvovkrrKsgGtvDP5rroEjPoqP9xASw8LkjkI/s400/Capture.JPG

Gambar Kerangka tektonik Cekungan Jawa Timur bagian Utara (Katili dan Reinemund, 1984).
Pemisahan yang sesungguhnya antara Jawa dan Madura adalah karena tektonik, dan bukan terjadi pada abad 3 Masehi, tetapi jutaan tahun sebelumnya. Analisis geologi menunjukkan itu, dan pernah saya publikasikan dan presentasikan di pertemuan ilmiah para geologists tahun 2004 (Satyana et al., 2004, Rembang-Madura-Kangean-Sakala (RMKS) Fault Zone, East Java Basin: The Origin and Nature of a Geologic Border, Proceedings PIT IAGI XXXIII).
Secara geologi, perbukitan gamping di Rembang dan area sebelah utara Surabaya (ada gamping Kujung dan Paciran) masih menerus ke Pulau Madura, terutama sebelah utaranya. Maka, Madura sebenarnya masih bagian jalur geologi sebelah utara Jawa Timur.
Dari Rembang di barat sampai area Sakala di sebelah timur Kangean merupakan jalur sesar mendatar besar yang bergerak sisi kirinya (sinistral) terkenal dengan nama RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala) Fault Zone. Sesar yang terjadi sesudah Miosen Tengah ini juga merupakan jalur deformasi inversi yang kuat dengan ditandai betapa banyaknya deformasi kompleks khas sesar mendatar sepanjang jalur itu. Panjang jalur sesar ini 675 km dan lebarnya 15-40 km, sebuah zona sesar yang besar di Indonesia.
Pulau Madura adalah pulau yang menderita pengangkatan paling kuat dari RMKS Fault Zone tersebut. Dengan cara terangkat paling tinggi melebihi jalur sebelah barat (Rembang-Pangkah/Tuban) dan sebelah timur (Kangean-Sakala) maka Pulau Madura muncul dari laut dan menjadi pulau.
Dari Jalur Rembang-Sakala itu, sebenarnya Pulau Madura yang muncul pertama, yang lainnya masih laut dangkal, baru kemudian menyusul area Rembang-Pangkah/Tuban muncul dan area Kangean-Sakala. Maka, Pulau Madura sebenarnya tak pernah memisahkan diri dari Jawa dalam gambaran retak lalu hanyut, ia memisahkan diri dari jalur Jawa karena terangkat lebih dulu dibandingkan yang lain.
Mengapa Pulau Madura terangkat paling kuat. Sebab, selain karena deformasi inversi, ia juga naik melebihi yang lain oleh gaya isostasi (gaya keseimbangan berdasarkan gravitasi) untuk mengimbangi area laut Selat Madura di sebelah selatannya yang merosot dengan cepat sebab merupakan bagian paling tenggelam dari Kendeng Deep. Kendeng Deep adalah depresi (daerah dalam) paling dalam di Pulau Jawa yang menerus ke Selat Madura sampai di utara Pulau Lombok.
Barang siapa geologist yang pernah bekerja di area Selat Madura tentu tahu bahwa batugamping Kujung di sini baru ditemukan di kedalaman sesudah 4000 meter, sementara di utara Pulau Madura batuan yang sama justru tersingkap. Itu merupakan suatu ekstremitas beda tinggi dalam geologi pada jarak yang tak terlalu jauh.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0XzBWB7wUbo5itl83ay3BF-Rse1W1YaggymeLN0z0X_sZGROUIUkMFjCoymS1CwHcH4zv6PZhdajhrvAtEpQrcDxctrQmytQwmCBv269FB0CpEEwluvp6zJkwLgVdbuc00ASkfKjYag8/s400/Capture.JPG

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5bFHtWxKUl7S0W95paaXHwnjjsXbBkIlJlmYbQEUgg0XpZ_fmleZdXTjJz1khL0PhvXL202-kcFcljSHkD2YQIUgPIAMCM6GiNkd0xJ0LKswdl54tmuGn4Jituna4x5crtnO7muhA8fA/s320/Capture.JPG

2.8  Pengembangan Potensi Fisik Pulau Madura
Pulau madura merupakan pulau yang menyimpan banyak potensi wisata. Potensi wisata yang terdapat di pulau madura meliputi potensi wisata alam, budaya dan potensi wisata sejarah yang tersebar di empat kabupaten di pulau madura, kabupaten tersebut meliputi Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan. Dengan konsep pengembangan objek wisata yang baik objek-objek wisata tersebut dapat menjadi penarik bagi wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung ke Pulau Madura.
Objek wisata alam utama di Pulau Madura adalah keindahan panorama pantai yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan objek wisata. Pantai-pantai potensial antara lain Pantai Siring Kemuning di Kab. Bangkalan, Pantai Camplong, Pantai Nipah, di Kab. Sampang, Pantai Talangsiring, dan Jumiang di Kab. Pamekasan, serta Pantai Slopeng dan Lombang di Kab. Sumenep. Selain objek wisata alam yang berupa keindahan pantai di Pulau Madura juga terdapat objek-objek wisata alam lain yang potensial untuk dijadikan sebagai kawasan wisata, objek tersebut antara lain Api Abadi yang terletak di Kabupaten Pamekasan serta beberapa gua di Kabupaten Sumenep yang memliki nilai sejarah.
Selain objek wisata alam Pulau Madura kaya akan objek wisata sejarah dan budaya. Di antaranya, atraksi kerapan sapi dan sapi sonok yang terdapat di seluruh Kabupaten di Pulau Madura. Atraksi yang telah menjadi ciri khas Madura ini bisa disaksikan antara Agustus-Oktober setiap tahunnya. Atraksi lainnya, tari topeng dalang, serta tari pecut di Sumenep. Sedangkan objek wisata sejarah di antaranya makam Aer Mata Ebu di Bangkalan, makam Ratu Ebu di Madegan Sampang, serta makam Asta Tinggi di Sumenep. Namun objek-objek wisata ini perlu konsep pengembangan yang lebih baik dan aksesibilitas yang baik pula, agar lebih menarik dan diminati oleh wisatawan lokal maupun asing.










BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                  Secara astronomis Pulau Jawa dan Madura  Terletak di antara 113°48′10″ – 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ – 7°56′41″ LS. Secara geologis wilayah Jawa dan Madura  terdapat banayak gunung berapi yang aktif  dapat menyuburkan tanah,  sering terjadi gempa bumi, dan terdapat bukti-bukti tersier yang kaya akan barang tambang, seperti minyak bumi, batu bara, dan bauksit. Puncak tertinggi di bagian timur Madura adalah Gunung Gadu (341 m), Gunung Merangan (398 m), dan Gunung Tembuku (471 m).
                  Luas keseluruhan Pulau Madura kurang lebih 5.168 km², atau kurang lebih 10 persen dari luas daratan Jawa Timur. Adapun panjang daratan kepulauannya dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Kalianget sekitar 180 km dan lebarnya berkisar 40 km. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144,75 km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.
Batas fisik pulau Madura yaitu :
·         Batas sebelah utara: Laut Jawa
·         Batas sebelah selatan: Selat Madura
·         Batas sebelah timur: Laut Jawa
·         Batas sebelah barat: Selat Madura.

Pulau Madura mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut membawa banyak uap air dan hujan di kawasan Indonesia; dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara kering, membawa sedikit uap air.
Pulau Madura mempunyai jumlah curah hujan berkisar antara 1328 – 1571 mm/th. Bulan kering terjadi pada bulan agustus dan September dengan kisaran 1 – 18 mm, sedangkan bulan basah pada bulan januari berkisar antara 215 – 240 mm. suhu udara di Pulau Madura termasuk tinggi berkisar antara 27°C - 30°C .
Sebagian besar wilayah Madura termasuk Lajur Rembang, merupakan pegunungan yang terlipat dan membentuk antiklinorium yang memanjang dengan arah barat - timur. Pada umumnya daerah ini termasuk perbukitan landai hingga pegunungan berlereng terjal. Berdasarkan keadaan bentang alamnya daerah Madura dikelompokkan menjadi tiga satuan morfologi, yakni : dataran rendah, perbukitan dan karst.
. Pulau Madura adalah merupakan perluasan ke timur dari bukit Rembang. Pulau ini terpisah dari Jawa mungkin terjadi pada tahun 80 SM ( menurut Statterhein). Selat Madura dimanapun dalamnya tidak lebih dari 100 m merupakan lanjutan dari pegunungan Kendeng yang ujung timurnya tenggelam di dataran delta Brantas. Pantai utaranya yang sempit menunjukan endapan pluvio-pleistosin yang terlipat serta tertutup oleh vulkan-vulkan kecil. Jalur pantai ini merupakan lanjutan dari tepi selatan anti klinorium Kendeng. Sub zone Blitar membujur kearah timur. Tanah rendah Lumajang Jember mencapai pantai selatan dimana disitu tidak terdapat pegunungan selatan seperti halnya tanah rendah Ronggo Jampi mencapai pantai selatan di Grojogan.
Pulau Madura adalah pulau yang menderita pengangkatan paling kuat dari RMKS Fault Zone tersebut. Dengan cara terangkat paling tinggi melebihi jalur sebelah barat (Rembang-Pangkah/Tuban) dan sebelah timur (Kangean-Sakala) maka Pulau Madura muncul dari laut dan menjadi pulau.
Dari Jalur Rembang-Sakala itu, sebenarnya Pulau Madura yang muncul pertama, yang lainnya masih laut dangkal, baru kemudian menyusul area Rembang-Pangkah/Tuban muncul dan area Kangean-Sakala. Maka, Pulau Madura sebenarnya tak pernah memisahkan diri dari Jawa dalam gambaran retak lalu hanyut, ia memisahkan diri dari jalur Jawa karena terangkat lebih dulu dibandingkan yang lain.
Pulau madura merupakan pulau yang menyimpan banyak potensi wisata. Potensi wisata yang terdapat di pulau madura meliputi potensi wisata alam, budaya dan potensi wisata sejarah yang tersebar di empat kabupaten di pulau madura, kabupaten tersebut meliputi Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan. Dengan konsep pengembangan objek wisata yang baik objek-objek wisata tersebut dapat menjadi penarik bagi wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung ke Pulau Madura






























     
DAFTAR PUSTAKA

http://bangkalanmemory.blogspot.co.id/2014/09/asal-pulau-madura-was-re-jenis-gempa.html
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Layanan_Publik/#
http://geografimahasiswa.blogspot.co.id/2015/04/geomorfologi-jawa-timur.html
http://ips-abi.blogspot.co.id/2012/10/persebaran-jenis-tanah-dan.html




0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Geografi Universitas Mulawarman. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.